geosurvey.co.id – Dua anggota TNI terluka akibat serangan Israel ke markas UNIFIL di Lebanon, kata Direktur Pusat Penerangan TNI Mayjen Haryanto.
Pada Kamis (10 Oktober 2024) dua prajurit TNI mengalami luka ringan akibat serangan militer Israel terhadap markas UNIFIL di Nakora.
Dia mengatakan kedua tentara tersebut adalah anggota pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, yang beroperasi di bawah mandat PBB.
“Kondisi kedua prajurit TNI (inisial EA dan NS yang mengalami luka ringan) dalam kejadian di atas merupakan bagian dari United Nations Peacekeeping Force (UNIFIL) dibawah UN Mission No.1701,” ujarnya.
“Peristiwa penyerangan Israel terhadap aset UNIFIL sepenuhnya menjadi kewenangan UNIFIL untuk menantang pihak-pihak yang melanggar Resolusi PBB No. 1701,” lanjutnya.
Ia mengatakan UNIFIL saat ini sedang merespons kejadian tersebut.
UNIFIL kini secara resmi menanggapi kejadian tersebut dengan menyatakan bahwa semua pihak yang berkonflik harus menahan diri, menghormati dan menjamin keselamatan seluruh pasukan PBB di wilayah tersebut, tutupnya.
Markas UNIFIL di Nkola diserang oleh Israel dua kali dalam waktu 48 jam.
UNIFIL mengatakan dalam pernyataan di situs resminya bahwa dua ledakan terjadi di dekat menara observasi, melukai dua penjaga perdamaian.
Seorang penjaga perdamaian yang terluka dibawa ke rumah sakit di Tirus, sementara lainnya dirawat di Nakoura.
Beberapa tembok berbentuk T runtuh di Posisi PBB 1-31 dekat Garis Biru di Labon ketika peluru IDF menghantam perimeter dan tank IDF mendekati posisi PBB. IDF mengklaim itu adalah suatu kebetulan
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sedang menyelidiki secara menyeluruh cedera “yang tidak disengaja” terhadap dua penjaga perdamaian di Lebanon selatan.
Militer Israel kemudian mengumumkan bahwa dua penjaga perdamaian PBB terluka ketika pasukan Israel menanggapi ancaman tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.
Ia mengatakan, beberapa jam sebelum kejadian, pihak telah menginstruksikan pejabat UNIFIL untuk pergi ke tempat aman dan tinggal di sana.
Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, mengatakan pada konferensi pers di Beirut bahwa tindakan Israel adalah “kejahatan tercela”.
Ia menambahkan, dirinya telah membahas upaya gencatan senjata di Lebanon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Hizbullah juga mengutuk serangan Israel.
Kepala media Hizbullah, Mohammad Afif, mengatakan serangan itu menargetkan penjaga perdamaian PBB, warga sipil, daerah pemukiman, rumah sakit dan personel medis dan tidak melibatkan senjata atau bahan peledak, dan menambahkan bahwa militer Israel terus melanjutkan serangannya mengklaim bahwa itu memang benar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada hari Jumat: “Jelas bahwa insiden ini tidak dapat diterima dan tidak dapat terulang kembali.”
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya “marah” dengan penargetan pasukan penjaga perdamaian UNIFIL dan meminta Israel untuk menahan diri dari “tindakan permusuhan” terhadap mereka.
Human Rights Watch menyerukan penyelidikan PBB atas serangan tersebut dan mengatakan bahwa penargetan yang disengaja terhadap misi PBB merupakan “kejahatan perang”.
“Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan telah lama memainkan peran penting dalam melindungi warga sipil dan umat manusia,” kata Rama Fakih, direktur kelompok hak asasi manusia Timur Tengah dan Afrika Utara yang berbasis di New York.
“Menargetkan pasukan penjaga perdamaian PBB oleh militer Israel melanggar hukum perang dan secara berbahaya melemahkan perlindungan warga sipil dan operasi bantuan UNIFIL,” lanjutnya. Amerika marah
Mendengar markas UNIFIL diserang oleh Israel, Presiden AS Joe Biden sangat marah dan meminta IDF untuk berhenti menembaki pasukan penjaga perdamaian PBB.
Para pemimpin Perancis, Italia, dan Spanyol mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan Israel yang dianggap tidak adil dan harus segera diakhiri.
Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB tidak mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut, namun mengatakan ada alasan untuk meyakini bahwa tembakan tersebut diarahkan langsung ke posisi PBB di Lebanon selatan.
“Misalnya, ada insiden di mana sebuah menara terbakar dan sebuah kamera rusak di salah satu lokasinya, yang jelas-jelas menyerupai peluru tajam,” kata Jean-Pierre Lacroix kepada BBC News Hours program
(geosurvey.co.id/Weesa/Gita Irawan)