Laporan jurnalis geosurvey.co.id Franciscus Adhiyuda
geosurvey.co.id, JAKARTA – Generasi muda harus menjadi pelopor perdamaian di masyarakat, terutama bagi generasi seusianya.
Sebab keberagaman dan toleransi tidak bisa dibicarakan hanya karena generasi muda Indonesia harus mengalami dan merasakannya secara langsung.
Konsep hidup (hidup bersama) bersama teman-teman seumuran yang berbeda agama dan kepercayaan merupakan salah satu cara untuk mencapai toleransi antar umat beragama yang sejati.
Arsyad Rasjid, Ketua Indika Foundation dan salah satu pendiri Gerakan Global 5P, mengatakan pihaknya ingin mewujudkan Indonesia yang damai dan inklusif melalui pembangunan karakter, pemberdayaan kelembagaan, dan pendidikan toleransi.
“Generasi muda ini akan menjadi pemimpin masa depan. Mereka juga merupakan agen perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kami mengajak saudara-saudara untuk mengapresiasi pentingnya perdamaian dan toleransi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang merupakan salah satu pilar utama bangsa ini, kata Arsyad Rasjid kepada wartawan, Senin (21/10/). 2024).
Program pembentukan karakter generasi muda bertajuk Kampanye Proyek Pahlawan Masa Depan dilaksanakan di Wisma Sahabat Yesus, Depok selama tiga hari.
Presiden Tabula Foundation Arnold Luquito mengatakan pihaknya mengajak generasi muda untuk membangun jembatan perdamaian melalui persaudaraan antar agama dan kepercayaan.
Hal ini tidak mungkin hanya terjadi pada tataran diskusi atau dialog, melainkan harus dibangun berdasarkan pengalaman empiris.
“Kami mengajak generasi muda yang berbeda agama untuk hidup berdampingan dan beraktivitas bersama di satu tempat selama tiga hari. “Kami ingin keberagaman dan toleransi dapat dirasakan dan dialami langsung oleh generasi muda,” ujarnya.
Untuk itu, lebih dari 38 pemuda yang berbeda agama dan kepercayaan tinggal bersama dan melakukan kegiatan di Rumah Sahabat Yesus, Depo.
Peserta mendapatkan pelatihan manajemen emosi, empati dan resolusi konflik. Mereka diajak mengenal diri, emosi dan membangun empati sebagai landasan menjalin hubungan sosial antar agama.
Hal ini disebabkan meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan remaja akibat perundungan dan kekerasan.
Selain itu, mereka juga akan mengunjungi Gereja Katolik Katedral Jakarta dan Masjid Istiklal dengan ikon toleransi melalui Terowongan Silahturahmi yang dibuka beberapa waktu lalu pada saat kedatangan Paus Fransiskus.
Pada hari terakhir, 38 peserta dari berbagai universitas dilatih untuk menjadi agen perdamaian dan membangun komitmen persaudaraan.
“Ketika mereka kembali ke masyarakat, kampus, dan kawan-kawan, kita berharap generasi muda ini menjadi agen perdamaian dan toleransi di tempatnya masing-masing.” “Mereka sudah mempunyai perbekalan yang cukup,” pungkas Arnold.