Laporan jurnalis geosurvey.co.id Eko Sutriyanto
geosurvey.co.id, JAKARTA – Salah satu permasalahan sosial yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Berdasarkan Survei Status Pangan Indonesia (SSGI), prevalensi gizi buruk di Indonesia pada tahun 2023 masih sebesar 21,6 persen. Indonesia ditargetkan mencapai pengurangan sebesar 14 persen pada akhir tahun 2024.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting merupakan penyakit tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikologis.
Malnutrisi dapat disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang, biasanya sejak bayi hingga anak usia dini, dan malnutrisi mempunyai konsekuensi serius bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak.
Sejumlah insentif waktu luang ditemukan tim pengajar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) yang melakukan pengabdian masyarakat di Desa Lumpang, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ketua tim pengabdian Prima Nurita Rusmaningsih mengatakan, masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya karena kondisi perekonomian desa yang buruk.
“Pemahaman literasi kesehatan masih minim, pemahaman individu di kelompok masyarakat setempat masih belum merata baik dari segi kesehatan, kunjungan, pemeriksaan rutin ke puskesmas dan posyandu setempat,” Prima Nurita dalam keterangannya, Senin. 11/11/2024).
Di sisi lain, terdapat kesalahpahaman dan anggapan tabu bahwa hanya orang sakit saja yang berobat ke puskesmas atau posyandu, sehingga mereka menghindarinya dengan berobat dan pemeriksaan rutin ke fasilitas kesehatan.
Selain itu juga kurangnya pemahaman mengenai gizi yang baik bagi ibu/calon ibu dan anak.
Melihat hal tersebut, Pengmas FIA UI melakukan pendekatan pemasaran sosial untuk mengubah perilaku masyarakat, namun juga mendatangkan ahli gizi dari Puskesmas setempat untuk meningkatkan kesadaran terhadap stunting.
Dengan demikian, para ibu KPM dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan pendekatan kepada masyarakat guna menciptakan pemahaman akan pentingnya pencegahan penganiayaan anak sejak dini.
Oleh karena itu, dengan pendekatan ini, masyarakat secara bertahap dapat mengubah faktor psikologis termasuk pola pikir, nilai, pemahaman terhadap kesehatan dan institusi kesehatan.
“Mereka juga akan bersiap melakukan pemeriksaan rutin dan konsultasi kesehatan yang tidak tabu; meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi yang baik dan memasukkannya ke dalam pola makan sehari-hari; memperkuat keyakinan dan mengubah perilaku masyarakat,” ujarnya.
Kristin Ambarwati, Koordinator KPM Desa Lumpang mengatakan, kelompoknya menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan kejang dan edukasi kesehatan masyarakat yang diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku, termasuk mengupayakan kunjungan ibu-ibu anak-anak mereka. fasilitas kesehatan.
Kepala Desa Lumpang M Rodis menuturkan, akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap akses terhadap fasilitas kesehatan di Desa Lumpang, masih terdapat permasalahan gizi buruk dan gizi buruk.
“Kami telah menyiapkan tenaga perempuan di setiap kantor pos untuk mengundang masyarakat. Kami berharap ke depan masyarakat lebih mewaspadai kedatangan institusi kesehatan.”