Laporan Jurnalis geosurvey.co.id Rina Ayu Panca Rini
geosurvey.co.id, JAKARTA – Guru Besar Teknik Proses Pengemasan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. dr. air minum dalam kemasan (AMDK) dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
“Penelitian terbaru yang dilakukan peneliti ITB tidak menemukan adanya BPA dalam liter air minum dari empat merek yang umum dikonsumsi di Indonesia.” /2024).
Ia mengatakan, hasil penelitian menunjukkan kandungan BPA dalam liter air minum hampir nol dan sisanya tidak mudah terurai.
Potensi hancur hanya terjadi pada kondisi ekstrim, misalnya bila dipanaskan hingga suhu di atas 250 derajat Celcius. AMDK tidak memanas selama proses pembuatan.
Meski terkena sinar matahari saat proses pendistribusiannya, namun suhunya di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko perpindahan BPA dari kemasan ke air minum akan berkurang secara signifikan.
“Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap risiko paparan BPA pada wadah galon berbahan polikarbonat. “Jika sudah mendapat izin edar dari BPOM berarti produk tersebut aman dikonsumsi,” kata Nugraha.
Salah satu tudingannya adalah BPA berbahaya bagi kesehatan karena diyakini menyebabkan kemandulan, gangguan hormon, menaikkan kolesterol, dan kanker.
Sementara itu, dokter spesialis kebidanan dan kebidanan Tzu Chi Hospital Dr. Ervan Surya, Spog mencontohkan, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang konklusif mengenai efek pemecahan BPA terhadap infertilitas.
Padahal, berdasarkan hasil penelitian yang ditemukannya, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan. “Infertilitas bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan olahraga berlebihan. “Merokok jelas terbukti menjadi salah satu penyebab gangguan kesuburan, namun masyarakat terkesan kurang peduli, malah cenderung panik terhadap hal lain yang tidak terbukti secara ilmiah, seperti BPA,” tambah Ervan. .
Spesialis penyakit dalam endokrin-metabolik Dr. Laurentius Aswin Pramono Sp.PD-KEMD telah menjelaskan hal tersebut dalam beberapa kesempatan, Bahkan penelitian ilmiah pada manusia pun belum menunjukkan bahwa BPA dapat menyebabkan diabetes atau kanker.
“Yang ada hanya penelitian laboratorium dengan hewan,” jelasnya.
Aswin menegaskan, isu BPA menyebabkan diabetes, kolesterol tinggi, kanker, kemandulan dan lain sebagainya adalah mitos yang menyesatkan.
“Penyakit-penyakit tersebut tidak ada yang disebabkan oleh BPA. Penyebab diabetes bukan BPA, melainkan penurunan produksi insulin karena gaya hidup dan usia yang buruk. Begitu pula dengan penyakit kanker, infertilitas, obesitas, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya,” tegasnya. .
Tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk memetabolisme berbagai bahan kimia, termasuk BPA. BPA yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dan tidak menumpuk di dalam tubuh.
“Hati dapat memutus rantai BPA, sehingga BPA dikeluarkan melalui saluran pencernaan melalui buang air besar.” Sebagian akan sampai ke ginjal dan dikeluarkan melalui urin,” jelas Aswin.
Di Indonesia, pemerintah dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peraturan tentang ambang batas aman migrasi BPA, yaitu maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg).
Ketika suatu produk beredar di pasaran berarti telah resmi dan memenuhi peraturan pemerintah yang berlaku sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Meskipun benar bahwa BPA dilepaskan dari air minum dalam botol polikarbonat berukuran satu galon, namun dapat dipastikan jumlah tersebut akan sangat kecil dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan BPOM.
“Dibutuhkan 10.000 liter air minum untuk mencapai kadar BPA di atas batas aman. “Itu tidak mungkin,” kata Aswin.
Aswin menambahkan, air minum yang dikemas dalam liter polikarbonat merupakan produk yang telah dikonsumsi selama bertahun-tahun.
Hingga saat ini, belum ada bukti konkrit yang menunjukkan adanya risiko terhadap kesehatan masyarakat. Diketahui, misinformasi terus beredar di masyarakat mengenai gangguan kesehatan akibat BPA pada AMDK.
BPA sendiri merupakan bahan baku produksi plastik polikarbonat dan epoksi. Karena manfaatnya, BPA tidak hanya digunakan pada wadah air minum, tetapi juga banyak ditemukan pada barang lainnya.
Selain pada kemasan makanan, BPA juga digunakan pada kertas thermal pada ATM/kertas resi makanan, CD, peralatan olah raga, dan peralatan kesehatan seperti selang kateter dan tambalan gigi.
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang BPA, termasuk jenis plastik yang digunakan sebagai bahan kemasan makanan, memudahkan penyebaran informasi yang salah dan menimbulkan kesalahpahaman.
“Bisa terjadi kebingungan, kegagalan, kebodohan bahkan konflik sosial. Jangan mudah terkecoh dengan rumor yang beredar yang kebenarannya tidak bisa dipercaya. “Ada banyak cara untuk memverifikasi fakta,” tegas Pengamat Sosial Indonesia menjelaskan DR. Devi Rahmawati, M.Hum.