Laporan jurnalis geosurvey.co.id Aisya Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Penyakit yang dapat dicegah seperti pneumonia dan diare masih menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia.
Keadaan ini diperparah dengan berbagai kendala. Misalnya terbatasnya akses terhadap informasi kesehatan, keyakinan budaya yang mengakar.
Banyak keluarga, terutama di daerah pedesaan, kesulitan menerapkan tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan nyawa.
Padahal, kebiasaan sederhana seperti vaksinasi dan cuci tangan pakai sabun bisa mencegah penyakit-penyakit di atas.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Ķemenke), dr. Elvieda Sarivati.
Menurut dia, yang perlu diperhatikan adalah memastikan vaksinasi, pemberian makanan bergizi kepada anak, dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun (KTPS).
“Perlu fokus pada vaksinasi anak, adaptasi KTPS yang tepat dan memastikan konsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan gizi anak usia 0-24 bulan. Karena kebiasaan baik dan sederhana ini berdampak positif terhadap pencegahan penyakit. ,” ujarnya dalam rapat informasi SIGAP Family Media dan hasil akhir serah terima di Jakarta Pusat, Rabu (21/11/2024).
Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan tersebut, Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), Unilever dan The Power of Nutrition bekerja sama melalui Program Keluarga SIGAP (Health Ready, Future Ready Families).
Didukung oleh berbagai kementerian, termasuk Kementerian Kesehatan, BKKBN, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tertinggal, program ini bertujuan untuk mendorong perilaku kesehatan preventif.
Tahap percontohan program ini, yang akan berlangsung pada bulan Januari hingga Juni 2024, akan menyasar keluarga dengan anak berusia 0-24 bulan di Bogor, Jawa Barat, dan Banjar di Kalimantan Selatan, yang merupakan wilayah dimana akses terhadap layanan kesehatan seringkali terbatas.
Evaluasi akhir menunjukkan hasil yang sangat baik.
Cakupan vaksin PCV1, yang penting dalam mencegah pneumonia, meningkat dua kali lipat.
Pada kelompok intervensi, angka tersebut meningkat dari 28 persen pada awal menjadi 64 persen.
Begitu pula dengan praktik mencuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan anak (CTPS) meningkat 1,5 kali lipat.
Meningkat dari 50 persen menjadi 81 persen, yang menunjukkan dampak signifikan program ini dalam meningkatkan perilaku kesehatan.
Mulai Oktober 2023 hingga Juni 2024, Program Keluarga SIGAP akan fokus pada perubahan perilaku nyata melalui pelatihan inovatif.
Staf dan personel medis dilengkapi dengan sarana komunikasi yang kreatif dan praktis.
Dengan demikian, hal ini dapat secara efektif melibatkan keluarga dan menginspirasi mereka untuk menerapkan kebiasaan sehat.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kunjungan ke Posyandu, namun juga secara aktif menafkahi keluarga.
Gunakan layanan dan informasi yang diberikan untuk mengubah kebiasaan sehari-hari Anda menuju hidup yang lebih sehat.
Proyek percontohan ini juga dievaluasi dalam penelitian lebih besar yang dilakukan di Pusat Pengobatan Tropis Universitas Gadja Mada (UGM).
Hasilnya, terjadi perubahan perilaku keluarga partisipan:
• Cakupan vaksin PCV1 meningkat secara signifikan, dari 28 persen pada awal menjadi 64 persen pada kelompok intervensi.
• Cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan anak (CTPS) meningkat secara signifikan, dari angka dasar sebesar 50 persen menjadi 81 persen.
• Jumlah orang tua yang memantau jadwal vaksinasi anaknya meningkat dari 40 persen menjadi 61 persen.
• Ada peningkatan kesadaran akan pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama. 94% orang tua pada kelompok intervensi menyetujui praktik ini, dibandingkan dengan 90% pada kelompok utama.