Laporan reporter geosurvey.co.id Fahdi Fahlevi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Isu aborsi, euthanasia, dan penggunaan kecerdasan buatan dibahas dalam One Day Symposium on Christian Bioethics yang digelar Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA).
Beberapa pakar bioetika dari dalam dan luar negeri menghadiri konferensi internasional ini.
Wakil Rektor III UKRIDA, Dr. Theresia Citraningtyas, MWH, Ph.D., Sp.KJ, menekankan pesatnya penelitian biologi di zaman kemajuan teknologi kedokteran.
“Biologi Kristiani merupakan permintaan dan kewajiban kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam segala bidang pelayanan kesehatan, terutama dalam hal-hal sensitif seperti perawatan di akhir hayat kita,” kata Theresia dalam keterangan tertulisnya, Jumat 22/11 2024.
Pakar Biologi Denni Boy Saragih, S.K.M., MDiv., M.Th., Ph.D., mengangkat dua isu penting yaitu aborsi dan euthanasia.
Kedua hal tersebut, menurutnya memerlukan pendekatan komprehensif dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk.
“Aborsi darurat memerlukan penyelidikan menyeluruh dengan tetap menghormati hak untuk hidup dan memberikan dukungan terbaik kepada keluarga yang terkena dampak,” katanya.
Jean Li-Lim, Dokter Perawatan Primer, Kementerian Kesehatan Malaysia, Perwakilan Regional ICMDA, menjelaskan pentingnya penggunaan AI dalam pengobatan.
“Penggunaan AI dalam pengobatan perlu dicermati lebih dekat karena keputusan yang diambil oleh AI mungkin tidak selalu sejalan dengan etika atau nilai-nilai Kristiani,” ujarnya.
Beliau juga menjelaskan perkembangan kecerdasan buatan generasi selanjutnya dalam dunia kedokteran.
Menurutnya, AI hadir bukan untuk menggantikan dokter, melainkan membantu mereka.
“Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengalaman pasien dan hasil perawatan,” katanya.
Ia mengatakan Indonesia dan Malaysia telah menetapkan pedoman etika yang selaras dalam penggunaan kecerdasan buatan, yang mencakup privasi, akuntabilitas, dan keamanan.
Menurut Dr. Jean, pedoman di Indonesia secara khusus menekankan konsep “human in the loop” yang mengharuskan keterlibatan manusia dalam seluruh fungsi sistem AI.
Selanjutnya, Dr. Lydia Pratanu, MS dari RSAB Harapan Kita pandangan praktis rekayasa genetika dan implikasi etikanya.
Laporan ini menyoroti kemajuan dalam pengujian genetik dalam praktik kebidanan modern sekaligus memperingatkan masalah etika yang terlibat.
“Kita perlu memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat, bukan sebagai pengganti Tuhan,” jelasnya.
Konferensi internasional ini diselenggarakan secara mixed mode di Auditorium UKRIDA Kampus II, Jakarta Barat, hasil kerjasama UKRIDA dengan International Christian Medical and Dental Association (ICMDA) dan Perkantas Pelayanan Medis Nasional (PMdN).