geosurvey.co.id – Turki mengutuk serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).
Menurut Kementerian Luar Negeri Turki, serangan Israel terhadap UNIFIL merupakan bukti yang tidak terbantahkan dari Israel.
“Serangan Israel terhadap pasukan PBB, menyusul pembunuhan warga sipil di Gaza, Tepi Barat dan Lebanon, merupakan manifestasi dari pandangannya bahwa kejahatannya tidak dihukum,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, menurut Asharq Al-Aawsat. . .
Ia juga meminta dunia meminta Israel tidak melanggar hukum internasional.
“Organisasi internasional mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa Israel menghormati hukum internasional,” katanya.
FYI, Israel melancarkan serangan dengan menembaki tiga lokasi PBB di Lebanon selatan dalam 24 jam terakhir pada Kamis (10/10/2024).
Salah satu sasarannya adalah markas UNIFIL di Lebanon Selatan.
Tank Israel menembaki menara penjaga di markas UNIFIL.
Penembakan tersebut menyebabkan seorang tentara terjatuh dan melukai dua tentara Indonesia, lapor Al Jazeera.
Hal tersebut dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
“Dalam penyerangan Menara Nakura, dua orang terluka dan mereka berasal dari Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya dilansir Al-Arabiya.
Retno mengecam keras penyerangan tersebut.
“Indonesia sangat menentang serangan tersebut,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.
“Serangan terhadap personel dan properti PBB merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional,” katanya.
Pasukan Israel tidak hanya menargetkan markas UNIFIL, tetapi juga menembaki dua lokasi lain di dekatnya.
Serangan itu menghantam pintu masuk sebuah kompleks tempat pasukan penjaga perdamaian bersembunyi di Ras Naqoura, di pantai, dan menghancurkan senjata di sebuah pos pemeriksaan dekat perbatasan, Washington Post melaporkan.
UNIFIL mengatakan serangan Israel terhadap penjaga perdamaian melanggar hukum internasional. Siapa UNIFILnya?
Didirikan pada tahun 1978, pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) dibentuk untuk memantau penarikan pasukan Israel setelah pendudukan Lebanon sebagai imbalan atas tuntutan Palestina.
Hingga tahun 2000, Israel terus menduduki Lebanon selatan hingga mengumumkan penarikannya.
Meskipun penarikan tersebut dikonfirmasi oleh PBB, Lebanon menolaknya, dengan mengatakan bahwa ladang Shebaa adalah bagian dari wilayahnya dan bukan bagian dari Dataran Tinggi Golan Suriah, yang masih dimiliki Israel.
Kemudian pada tahun 2006, ketika perang antara Hizbullah dan Israel meningkat, UNIFIL memperluas pasukannya.
Perang selama sebulan berakhir dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menuntut kedua belah pihak menghormati perbatasan dan melucuti senjata “semua kelompok bersenjata di Lebanon”.
Saat itu UNIFIL juga telah dikirim ke Lebanon bagian selatan.
Misinya adalah memantau kekerasan di sepanjang garis pemisah antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.
Selama pemantauan ini, UNIFIL mengirimkan sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian untuk bertugas.
(geosurvey.co.id/Farrah Putri)
Artikel lain yang berhubungan dengan Türkiye dan UNIFIL