geosurvey.co.id – Koalisi Amerika Serikat dan Inggris melancarkan sembilan serangan pada Kamis dini hari di Yaman, yang disebut-sebut merupakan lokasi gudang senjata milik kelompok AnsarAllah Houthi. 2024).
Serangan itu dilakukan dengan persetujuan Presiden AS Joe Biden dan melibatkan pesawat pengebom strategis B-2, yang jauh lebih besar daripada jet tempur yang saat ini digunakan untuk menyerang sasaran dan senjata Houthi.
Pembom siluman strategis B-2 mampu membawa muatan yang jauh lebih berat dibandingkan bom.
“Sembilan serangan tersebut menargetkan banyak wilayah di utara dan selatan ibu kota Sanaa, selain wilayah Qalan dan Al-Aila di timur kota Saada,” media lokal melaporkan pada Kamis.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan Angkatan Udara AS melakukan serangan presisi tinggi terhadap lima depot senjata bawah tanah di wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman.
“Hari ini, pasukan AS, termasuk pesawat pengebom B-2 Angkatan Udara AS, melakukan serangan tepat terhadap lima lokasi penyimpanan senjata bawah tanah yang dibentengi,” kata Lloyd Austin.
Lloyd Austin mengatakan fasilitas itu berisi berbagai komponen senjata yang sejenis dengan yang digunakan Houthi untuk menargetkan kapal sipil dan militer di wilayah tersebut.
Dia menekankan bahwa Amerika Serikat tidak akan ragu mengambil tindakan apa pun untuk mencegah serangan Houthi dan melindungi kebebasan navigasi.
“Pemboman ini merupakan demonstrasi unik dari kemampuan Amerika Serikat untuk menyerang sasaran-sasaran yang ingin dijauhkan oleh musuh-musuh kita, tidak peduli seberapa dalam, keras dan solidnya sasaran-sasaran tersebut di bawah tanah,” tambah Masrawy, menurut laporan itu. Houthi akan menanggapi serangan AS dan Inggris
Di sisi lain, wakil ketua Otoritas Media Housi Nasr al-Din Amer mengatakan bahwa AS akan menanggung akibat agresinya.
Ia menegaskan, sikap solidaritas Houthi terhadap Jalur Gaza dan Lebanon tidak akan berubah.
Sebagai tanggapan, Komando Pusat AS (CENTCOM), yang bertanggung jawab atas pasukan AS yang beroperasi di kawasan Timur Tengah, mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda awal serangan AS terhadap posisi Houthi.
Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah sejak 19 November 2023, untuk memaksa Israel mengakhiri agresinya di Jalur Gaza.
Kelompok Houthi mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangan mereka di Laut Merah sampai agresi Israel di Jalur Gaza berakhir, blokade di Jalur Gaza dicabut dan bantuan kemanusiaan dikirimkan ke Palestina.
Sementara itu, sekutu utama Israel, Amerika Serikat, telah membentuk koalisi Laut Merah dengan Inggris untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman dan menekan Houthi untuk mengakhiri serangan terhadap kapal-kapal terkait Israel di wilayah tersebut. Korban tewas di Jalur Gaza
Sementara Israel, yang didukung Amerika Serikat dan banyak negara Eropa, melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina telah melampaui 42.409 orang dan 99.153 orang terluka sejak Sabtu (7/10). /2023) pada Rabu (16/10/2024) dan 1.147 kematian di wilayah Israel, menurut Wafa Palestina.
Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Masjid Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel menuduh Hamas menyandera 101 sandera di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(geosurvey.co.id/Unita Rahmayanti)
Berita lainnya tentang konflik Palestina dan Israel