Laporan reporter geosurvey.co.id, Dennis Destryawan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Kepala Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan Hamdan Hamedan mengatakan kemandirian pangan perlu dilakukan, karena untuk memenuhi keseimbangan gizi masyarakat Indonesia.
Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 324 juta jiwa pada tahun 2045. Dengan angka tersebut, Indonesia diperkirakan menjadi negara terbesar ke-6 di dunia.
Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi tantangan pemberian gizi seimbang kepada masyarakat. Kita tidak bisa memilih, menurut Presiden Prabowo, kemandirian pangan itu perlu, kata Hamdan di Kementerian Kelautan. dan Perikanan, Jakarta, Senin (11/11/2024).
Hamdan mengatakan, Presiden Prabowo berkomitmen penuh terhadap ketahanan pangan yang menjadi pilar negara maju.
Padahal, ketahanan pangan merupakan persoalan ketahanan nasional. Negara yang tidak mempunyai akses terhadap pangan akan menjadi tergantung pada negara lain.
– Kemandirian pangan sangat penting, ini merupakan prioritas pertama dari 17 program utama. Dalam visi dan karya tersebut, kata perikanan disebutkan sebanyak 19 kali. Jumlahnya sama dengan pertanian, imbuh Hamdan.
Hamdan menjelaskan, berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI), Indonesia memiliki skor 59,2.
Pak Prabowo bilang ini harus ditingkatkan, kata Hamdan.
Hamdan menjelaskan tentang program Makan Gratis (MBG). Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Program MBG diawali dengan tingginya prevalensi anemia pada anak.
Faktanya, 40 persen anak bersekolah tanpa makanan. Padahal, menurut Program Pangan Dunia, kekurangan zat besi bisa menurunkan kemampuan intelektual.
“Secara sosial, program Makan Bergizi Gratis ini selalu menjadi offtaker bagi para nelayan. Eksportir ke Badan Gizi Nasional bisa berupa perusahaan, BUMDes, yang bisa menjual produknya ke Badan Gizi Nasional,” jelasnya.
Menurut Hamdan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pemberian makanan bergizi gratis kepada 82,9 juta orang. Termasuk ibu hamil dan menyusui, balita, anak PAUD, pelajar SMA dan santri dari sekolah agama lain.