geosurvey.co.id, JAKARTA – Tren perusahaan di Indonesia yang menggunakan layanan telemedis untuk layanan kesehatan bagi karyawannya semakin meningkat.
Riset internal yang dilakukan perusahaan reasuransi Marsh Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 10 persen pada tahun 2024 dibandingkan data tahun 2024.
“Salah satu keunggulan telemedicine adalah lebih mudahnya berkonsultasi dengan karyawan mengenai masalah kesehatan yang mereka alami,” kata Ria Ardiningtyas, Head of Consulting and Analysis, Mercer Marsh Indonesia, yang membahas temuan tersebut dalam konferensi pers. Survei “Indonesia Health and Benefits 2024 Study” dan “Costs” yang dilakukan oleh Marsh Indonesia pada Kamis, 3 Oktober 2024 di Jakarta.
Ria menjelaskan, banyak perusahaan yang mulai memasukkan layanan telemedicine ke dalam program kesehatan karyawan di Indonesia. “Perusahaan yang menggunakan telemedis semakin banyak karena perusahaan asuransi juga menantikan era pasca-Covid,” kata Ria.
Layanan telemedis ini akan mengurangi rata-rata biaya pengobatan bagi karyawan. Rata-rata biaya pengobatan turun dari Rp1-5 juta menjadi Rp1,7 juta, Rp200 ribu menjadi Rp300 ribu.
Sementara itu, karyawan mulai merasa nyaman menggunakan layanan telemedis ini. Saat ini, telemedis mencakup semua jenis penyakit, termasuk penyakit kulit dan diabetes.
“Perusahaan yang berminat pada layanan telemedis biasanya terdampak oleh hambatan perusahaan dalam mengakses layanan kesehatan, seperti lokasi rumah sakit. Oleh karena itu, perusahaan ini memerlukan upaya lebih,” kata Ria.
Dijelaskan, perusahaan asuransi yang saat ini menjual produk telemedicine juga semakin meningkat seiring meningkatnya permintaan. Pemberian layanan telemedicine bagi masing-masing perusahaan bertujuan untuk meningkatkan persaingan dengan perusahaan asuransi lainnya.
Artinya, biaya telemedis per kapita mungkin rendah, hanya ratusan ribu rupee per orang, tetapi layanannya meningkatkan perilaku masyarakat. Frekuensi permintaan konsultasi telemedis semakin meningkat, kata Ria.
Ria mengatakan Marsh Indonesia terus mempelajari tren tersebut ke depan. “Kami belum menyelesaikan penelitian ini untuk menentukan apakah telemedis meningkatkan biaya layanan kesehatan,” katanya.
Ria mengatakan saat ini pihaknya mengelola program Mercer Marsh Benefit (MMB) dengan 470 perusahaan, 24 industri, dan 320.000 anggota.
Perusahaan yang mengikuti program ini didominasi oleh perusahaan telekomunikasi dan teknologi serta manufaktur, disusul oleh perusahaan di industri lainnya.
Ria mengatakan, tren program bantuan kesehatan karyawan yang ditawarkan perusahaan di Indonesia kepada karyawannya biasanya mencakup skema tunjangan fleksibel, telemedicine, dan komunikasi.
Dia mengatakan, tidak ada pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan perusahaan. Namun berdasarkan kebutuhan masing-masing perusahaan dan dapat dikelola secara individual.
“Biasanya perusahaan datang ke MMB, lalu menganalisa kebutuhan kesehatan karyawan yang datang ke perusahaan. Penyakit apa yang berharga.”
Jika sakit, biaya pengobatan di masing-masing rumah sakit berbeda dengan di Jakarta dan kota lain di Jabodetabek.
Misalnya, rata-rata biaya pengobatan ISPA di rumah sakit di Jakarta adalah sekitar 2,3 juta per pasien. Sedangkan RS lain di Bodetabek mengenakan biaya sekitar Rp1,9 juta per pasien.
Douglas Ure, CEO Marsh McLennan Indonesia, menjelaskan Indonesia Health and Benefits Study 2024 dan Cost of Care Report dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan biaya rumah sakit di Indonesia.
Laporan MMB Health Trends 2024 menunjukkan bahwa tingkat tren medis di Indonesia diperkirakan akan mencapai 13 persen pada tahun 2024, lebih tinggi dibandingkan rata-rata Asia sebesar 11,4 persen.
Di sisi lain, data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) 1 menunjukkan total premi asuransi kesehatan sebesar Rp 20,83 miliar pada Desember 2023 atau meningkat 24,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Faktor utama penyebab inflasi atau tingginya biaya pengobatan di Indonesia antara lain kenaikan biaya fasilitas kesehatan, kenaikan biaya perawatan rumah sakit, kenaikan biaya pelayanan, kenaikan harga obat-obatan dan berbagai layanan pemeriksaan kesehatan.
Oleh karena itu, tren inflasi biaya pengobatan yang muncul menyoroti pentingnya manajemen tunjangan karyawan dan menantang perusahaan, khususnya SDM (Sumber Daya Manusia), dalam merancang, menawarkan dan mempertahankan rencana tunjangan kesehatan yang kompetitif. cocok dengan pasar.
“Cost of Care Indonesia dari Mercer Marsh dapat menjadi alat atau indikator utama biaya rumah sakit di Indonesia,” kata Douglas Ure.
Cost of Care menghasilkan laporan komprehensif yang memberikan informasi rinci mengenai biaya perawatan rumah sakit di Indonesia dan dapat membantu perusahaan menganalisis dan membandingkan biaya rawat inap berdasarkan diagnosis.
Studi-studi tersebut mengidentifikasi lima faktor yang menentukan biaya diagnosis penyakit dan biaya rumah sakit tertinggi di Indonesia.