geosurvey.co.id – Komandan Pasukan Quds Iran, Esmail Qaani, tampil pertama kali di depan publik pada Minggu (15/10/2024).
Komandan Qaani muncul di depan umum bersama beberapa pemimpin politik dan militer Iran untuk menghadiri pemakaman Jenderal Iran Abbas Nilforoushan, yang meninggal bulan lalu di Lebanon.
Kemunculan Qaani sempat mengejutkan publik karena Panglima Pasukan Quds telah hilang selama seminggu pasca serangan udara Israel di Lebanon.
Dua pejabat keamanan Iran, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan Qaani berada di lingkungan selatan Beirut, yang dikenal sebagai Dahiyeh, ketika serangan Israel menghantam ibu kota Lebanon pekan lalu.
Hal ini menyebabkan media Barat berspekulasi bahwa Qaani telah terbunuh atau terluka dalam serangan udara Israel di Beirut.
Sumber lain menyebutkan pemimpin Qaani dinyatakan meninggal setelah diinterogasi oleh Garda Revolusi Iran atas tuduhan membocorkan informasi intelijen ke Israel. Ia dikabarkan menderita serangan jantung.
Rekaman yang ditayangkan televisi Iran menunjukkan Qaani menghadiri upacara di Teheran untuk pengembalian jenazah Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan yang dibawa dari Beirut ke kota Karbala di Irak, kata Anadolu. Komandan Qaani baik-baik saja
Sebelum tampil di depan umum, pasukan Brigade Al Quds Iran mengatakan dalam pernyataan resminya bahwa komandan mereka, Jenderal Esmail Qaani, dalam keadaan sehat.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Komandan Brigade Al Quds Iran, Iraj Masjedi melalui layanan pers pemerintah Iran, Senin (10/7/2024).
“Dia sehat dan menjalankan tugasnya. Beberapa orang sudah meminta kami untuk mempublikasikan informasi, itu tidak perlu,” kata Masjedi, menurut Al Arabiya. Profil Esmail Qaani
Pria berusia 67 tahun itu mencalonkan diri sebagai komandan Brigade Al-Quds, menggantikan mantan komandan Al-Quds Qassem Soleimani, yang terbunuh dalam serangan militer AS di Irak, pada akhir tahun 2020.
Sejak itu, Qaani menjabat Panglima Brigade Al Quds sejak 3 Januari 2021.
Sebagai pemimpin Al-Quds, Esmail Qaani bersumpah untuk menghancurkan semua pasukan Amerika di Timur Tengah sebagai imbalan atas kematian Soleimani.
“Kami berjanji untuk melanjutkan jejak Soleimani dengan kekuatan yang sama. Satu-satunya harga yang harus kami bayar adalah mengusir Amerika dari kawasan ini,” kata Qaani yang dikutip radio Iran sebelum pemakaman Soleimani di Teheran, menurut laporan Reuters.
Sebagai komandan, Qaani bertanggung jawab mengorganisir seluruh pasukan Al-Quds di Timur Tengah dan wilayah lain di dunia.
Meskipun ia tidak fasih berbahasa Arab, Qaani akrab dengan urusan luar negeri di luar perbatasan timur Iran, termasuk Afghanistan dan Pakistan.
Peran pentingnya dalam kemajuan Al-Quds membuat pemerintah AS menetapkan Qaani sebagai teroris pada tahun 2012.
Amerika berdalih keputusan itu diambil karena Qaani diduga terlibat dalam penyediaan senjata kepada kelompok teroris di Gambia.
Meski merupakan pemimpin terhebat, Qaani dikenal sebagai orang yang tertutup dan menyendiri.
Ia juga selalu menghindari bertemu banyak orang, terutama media.
Qaani menggambarkan dirinya “lebih rendah” dibandingkan Qassim Soleimani. Hanya ada beberapa informasi yang beredar tentang dia di Internet atau di kabel diplomatik yang “dipertanyakan”.
(geosurvey.co.id/Namira Yunia)