geosurvey.co.id, JAKARTA – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) mendukung wacana pemekaran Kementerian PUPR menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Bangunan Umum (Kemenpera).
Pemisahan ini diyakini sejalan dengan agenda pemerintahan baru Prabowo Subianto dan Jebran Rakabuming Rak serta menjadi solusi backlog perumahan rakyat di masa depan.
Menurut Sekretaris Jenderal GAPENSI, La Ode Safiul Akbar, sejak tahun 1978 sektor perumahan dikelola oleh departemen lain. Baru pada masa pemerintahan Jokowi gedung-gedung publik dan pekerjaan umum digabung dalam satu departemen, PUPR.
“Saat ini fokus pemerintahan Prabowo dalam pembangunan infrastruktur difokuskan pada peningkatan kualitas dan daya saing masyarakat Indonesia secara khusus dan berkelanjutan, pemisahan keduanya merupakan suatu hal yang perlu (sebagaimana mestinya) karena Rumah adalah kendaraan pertama untuk kebaikan hidup seseorang,” ujarnya.
Menurut La Ode, kinerja Departemen PUPR di bawah kepemimpinan Basuki Hadimulyono patut dijadikan contoh oleh departemen lain untuk mempercepat pelaksanaan anggaran hingga menjadi milik Pemerintah (BMN).
“Anggaran segera dikelola dalam dua bidang infrastruktur utama. Pertama; Infrastruktur adalah cara untuk menghasilkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi, seperti jalan raya, infrastruktur jalan adalah penyediaan layanan dasar seperti penyediaan air minum, jalan dan jembatan, sanitasi dan irigasi,” ungkapnya.
Selain itu, perkembangan besar pada masa Basuki ditujukan untuk meningkatkan daya saing global.
La Ode mengatakan, meski tidak ada lompatan, namun kerja keras tersebut telah mengangkat Indonesia dari peringkat 54 dunia menjadi peringkat 51 dunia.
“Ini merupakan sebuah rekor yang patut diapresiasi dalam persaingan global yang semakin maju dan penuh tantangan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Presiden baru, Prabowo Subianto, berjanji akan membangun tiga juta rumah, yakni satu juta rumah di pedesaan, perkotaan, dan pesisir.
Janji pembangunan rumah ini termasuk dalam salah satu rencana besar yang disampaikan Wakil Presiden terpilih Jebran Rakabuming Raka, yang disebut dengan Strategi Transformasi Nasional.
Strategi Transformasi Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan negara dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Memastikan gizi yang baik bagi seluruh anak Indonesia juga termasuk dalam strategi ini.
Terkait program ini, La Aude menilai prioritas Kementerian Pekerjaan Umum adalah pembangunan infrastruktur untuk kebutuhan utama kualitas persaingan manusia. Ini termasuk infrastruktur pangan, pendidikan, layanan kesehatan dan fasilitas ekonomi umum. “Untuk infrastruktur komunikasi, prioritasnya adalah menyelesaikan pekerjaan pokok yang hampir mencapai tujuannya,” ujarnya.
Saat ini, bagi Kementerian Perumahan Rakyat, prioritasnya lebih dari target pencapaian backlog (selisih jumlah rumah yang akan dibangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan desa) sebanyak 12,7 juta rumah. Sebab pembangunan juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, tidak hanya bagi keluarga yang tidak memiliki rumah.
“Oleh karena itu, target pemerintahan Prabowo adalah membangun 3 juta rumah untuk rakyat (2 juta di pedesaan dan 1 juta di kota) yang merupakan jumlah yang memenuhi kebutuhan dan pelaksanaannya harus menjadi prioritas,” ujarnya.
Harapan La Ode, pemisahan ini akan mampu mencapai tujuan utama program transformasi negara.
Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud untuk memberikan prioritas pada pertukaran keterampilan profesional, yang didasarkan pada indikator kinerja utama (KPI) dalam pengendalian tingkat anggaran dan peralatan, selain kualitas dan kinerja.
“Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum harus mandiri dari kemampuan pembiayaan dari negara. Termasuk tercapainya tujuan pengembangan infrastruktur yang ada untuk menjadi sumber permodalan perekonomian baru, khususnya sebagai sumber permodalan pembangunan secepatnya, ”ujarnya.
Sementara Kementerian Perumahan Rakyat hendaknya mengelola anggaran sebesar Rp53 triliun yang disahkan RAPBN tahun 2025 dengan meningkatkan kolaborasi dengan BUMN untuk menghubungkan dan memberdayakan UMKM dan BUMDes agar dapat bekerja sama.
“Tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan sistem insentif melalui program bantuan dan bantuan pemerintah lainnya, serta kerjasama dan pembiayaan organisasi, sehingga masyarakat dapat dengan mudah memiliki 3 juta rumah yang dibangun setiap tahunnya,” kata Gubernur.