Wartawan geosurvey.co.id Endrapta Pramudhiaz
geosurvey.co.id, Jakarta – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenKopUKM) sedang menyiapkan sistem baru bernama Alternative Credit Scoring bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) untuk mengajukan Pinjaman Usaha Rakyat (KUR).
Julius, Wakil Presiden Usaha Mikro KemenKopUKM, mengatakan penilaian kredit alternatif berbeda dengan sistem penilaian kredit tradisional.
“Apa bedanya dengan credit scoring standar? Standard credit scoring hanya menggunakan data perbankan dan data historis. Ya, tidak cukup untuk mencakup seluruh usaha kecil dan menengah,” kata Julius dalam konferensi pers di kantor KemenKopUKM Selatan. Jakarta. , Selasa (8/10/2024).
Ulis juga mengatakan, banyak UKM yang belum terdaftar di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) sehingga terhambat dalam mendapatkan pinjaman meski memiliki potensi.
Untuk mengatasi masalah ini, sistem penilaian kredit alternatif ini dikembangkan. Sistem ini mengintegrasikan data dari berbagai sumber, antara lain Telekomunikasi, PLN, dan BPJS.
Jadi jelas profil (data) telekomunikasinya apa. Kita juga pakai data PLN, kemungkinan besar BPJS juga pakai, kata Julius.
Jadi dengan menjumlahkan jumlah yang biasa berdasarkan temuan biasa, kita lihat berapa yang terutang, tapi itu belum cukup. Kita tambahkan data dasar telekomunikasi, lanjutnya.
Saat ini, sistem credit scoring alternatif ini masih dalam tahap uji coba.
Hasil sementara menunjukkan bahwa jumlah UKM yang berhak menerima pinjaman meningkat sebesar 5%, sementara jumlah kredit bermasalah (NPL) tetap stabil.
“Yang menarik dari program percontohan ini, yang tadinya not cover (NPL) naik menjadi 5%, tapi NPL-nya hampir sama. Nah itulah manfaat penggunaan credit score,” kata Julius.
Dia tidak bisa merinci bank mana saja yang bekerja sama dalam program percontohan tersebut. Namun, kata dia, sudah diperkenalkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri.
“Mungkin kita akan menggunakan bank seperti BRI, Mandiri dll. Kita akan pilih beberapa bank sebagai pilot project yang nasabahnya hampir 72.000 orang,” tutup Julius.
Soal target pelaksanaan, dia optimistis bisa terlaksana pada tahun depan.