Reporter geosurvey.co.id, Reena Ayu melaporkan
Tribune News.com, JAKARTA – Nikita Wiley memilih waterbirth untuk anak keduanya.
Lalu apa bedanya persalinan normal atau normal normal dengan persalinan air putih?
Dokter spesialis kebidanan Dr. Evander R. Utama, F.M.A.S. Sp.OG, M.Sc mengatakan waterbirthing tidak memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan melahirkan secara tradisional.
Melahirkan di air menawarkan keuntungan terkait rasa nyaman yang lebih besar bagi ibu dibandingkan melahirkan secara tradisional atau tradisional saja.
“Tapi dari segi keselamatan anak, bukannya lebih tinggi, malah lebih berisiko,” ujarnya saat dihubungi Tribun News.com, Rabu (18/12/2024).
Ia juga mengatakan, dari segi lain seperti lama persalinan dan nyeri, tidak jauh berbeda dengan mencoba melahirkan secara normal atau konvensional.
“Jadi satu-satunya keuntungan yang jelas dari waterbirth adalah memberikan rasa relaksasi,” kata Dr. Evander.
Ia mengingatkan, risikonya lebih tinggi jika melahirkan di air.
Melahirkan dengan metode waterbirth membawa berbagai risiko baik bagi ibu maupun anak.
Oleh karena itu, di Indonesia, metode ini tidak direkomendasikan oleh Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Hal ini jelas tidak direkomendasikan oleh peraturan di Indonesia, karena persyaratannya sulit untuk ditegakkan.
Melahirkan di air bukan sekadar melahirkan di air. Sang ibu tidak dibuang ke dalam air, lalu sang ibu melahirkan di dalam air.
Air bersalin itu bak khusus, airnya juga harus disaring dengan baik, tidak boleh ada kotoran atau darah. Juga suhunya harus stabil, suhunya tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin,” jelasnya.
Risiko komplikasi yang dapat terjadi pada anak adalah pneumonia, aspirasi cairan, atau tenggelam.
Sedangkan ibu berisiko lebih tinggi mengalami infeksi di dalam kandungan.