geosurvey.co.id – Presiden Prabowo Subianto mencanangkan program pangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mendukung program tersebut, BUMN Perkebunan melaksanakan beberapa program strategis yang berdampak luas dan berkelanjutan, seperti Program Tanam Padi PT Perkebunan Nusantara (TAMPAN).
Program ini menggunakan pola padi panjang yang ditebang di perkebunan sawit rakyat.
“Dengan target luas lahan 206.000 hektar dalam lima tahun ke depan, program ini dapat menghasilkan setengah juta ton gabah,” kata CEO PTPN III (Persero) Nusantara Perkebunan Holding Mohamed Abdul Gani Jakarta.
Kultivar padi dengan hasil tinggi seperti Situ Bagendit telah terbukti menghasilkan hasil tinggi hingga 5,5 ton per hektar di dataran banjir dan 4,0 ton per hektar di lahan kering. Hasil tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan nasional, namun juga memberikan tambahan sumber pendapatan bagi petani sawit.
Program tanam padi ini dilaksanakan melalui kerja sama grup PTPN dengan Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Koordinator Pangan.
Berdasarkan hasil kajian, tingginya potensi budidaya padi di negara PSR dapat mencapai swasembada beras dengan potensi nasional menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras untuk menggantikan 400.000 hektar lahan setiap tahunnya.
Di sektor gula, PTPN melalui Sinergi Gula Nusantara (SGN) juga mengikuti ‘Program Manis’ – swasembada gula Indonesia.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem industri gula nasional dengan melibatkan kerja sama petani, lembaga pemerintah, perbankan, dan perusahaan milik negara seperti PT Pupuk Indonesia dan Himbara (BRI, Mandiri dan BNI).
Selain merekrut para agripreneur tebu di kalangan generasi muda, program ini juga tersebar di berbagai daerah antara lain Mojokerto, Kediri, Lumajang, Ngavi, Pekalongan, dan Bone.
Saung Manis telah menjadi wadah diskusi bagi para petani, sekaligus wadah akses penyuluhan pertanian, pelatihan teknis, dan pembiayaan sektor perbankan.
Petani terpilih akan mengelola lahan mini tebu seluas 50-100 hektar, memberikan mereka pengalaman langsung sambil membangun kapasitas lokal.
“Diharapkan program ini dapat menciptakan sinergi antara peningkatan produksi tebu dan peran strategis generasi muda dalam pertanian modern,” kata Ghani.
PTPN juga mengelola Program McMurray yang menyediakan ekosistem terintegrasi mulai dari penyediaan benih dan pupuk hingga jaminan pasar bagi petani.
Program ini telah diterapkan pada berbagai komoditas, termasuk tebu yang merupakan komoditas penting. Di perkebunan tebu Mangliwetan Bondowoso, produktivitas meningkat 45 persen, dari 76 menjadi 110 ton per hektar.
“Program ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani dengan meningkatkan hasil tebu dari 8,14% menjadi 8,94%,” kata Ghani.
Kemitraan di bidang peternakan sapi perah juga merupakan langkah penting dalam mendiversifikasi pasokan pangan nasional.
PTPN memanfaatkan asetnya untuk mendukung produksi susu dalam negeri dengan peternakan sapi perah modern. Program tersebut rencananya akan bekerjasama dengan Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Ternak.
Selain memenuhi kebutuhan protein hewani, program ini menciptakan rantai pasok lokal yang lebih efisien, mengurangi ketergantungan impor, dan menjaga keseimbangan gizi masyarakat.
Dampak dari berbagai inisiatif tersebut adalah meningkatkan produktivitas pangan, memperkuat kesejahteraan petani dan melindungi ketahanan pangan nasional.