Diposting oleh reporter Tribune.com Renas Abdila
geosurvey.co.id, JAKARTA – Pemanfaatan teknologi perubahan iklim (TMC) diperlukan untuk memitigasi risiko bencana alam.
Garam, seperti NaCl dan CaCl2, terutama digunakan untuk mengendalikan presipitasi
Menurut situs Badan Sains dan Teknologi (BPPT), metode perubahan iklim bekerja dengan menyemprotkan garam NaCl dan CaCl2 ke awan.
Garam tersebut disimpan dalam wadah ringan yang dibuat oleh BPPT dan kemudian diangkut melalui udara
Pilot terbang langsung ke awan cumulonimbus atau awan kumulus
Awan ini terbentuk oleh pergerakan udara dari permukaan tanah ke atas, yang selama itu awan tersebut berkembang menjadi badai petir
Saat pesawat terbang ke awan, pilot menyinari awan dengan mekanisme penembakan.
Kebakaran ini melepaskan asap dan garam seperti natrium klorida atau kalium klorida ke udara, yang membentuk uap air di awan.
Tetesan-tetesan ini menyatu menjadi tetesan-tetesan yang lebih besar dan jika cukup berat, dapat jatuh sebagai hujan
Penyemaian awan dengan garam NaCl dan CaCl2 bisa memakan waktu tiga hingga empat jam
Hal ini tidak hanya mengurangi curah hujan (rainfall reduction) pada suatu tempat, namun juga dapat meningkatkan penggunaan air hujan (rainfall enhancement) pada suatu tempat.
Namun, cara menabur garam menggunakan pesawat bukanlah satu-satunya cara
Ada cara lain untuk mengirimkan tanaman dari darat ke udara, menggunakan kendaraan generator berbasis darat (GBG) dan kendaraan pohon suar.
Metode ini adalah satu-satunya cara untuk mengirim benih ke cloud
Prinsip kerjanya dengan memanfaatkan keberadaan awan orografis dan awan yang tumbuh di sekitar gunung sasaran
Metode GBG dan Flare Tree banyak digunakan di daerah pegunungan
Selesai pada KTT G20
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengarahkan TMC untuk menggantikan hujan saat KTT G-20 di Bali.
Setidaknya 28 varietas ditanam di udara dengan total 29 ton bahan benih NaCl di atas pasir oleh pesawat CASA 212 dan CN 295 selama operasi TMC.
Kepala BMKG Dvikorita Karnawati mengatakan, tujuan penyemaian material TMC adalah untuk mengalihkan hujan dari lokasi KTT G-20.
Sementara itu, Dwikorita memperkirakan hujan lebat kemungkinan akan melanda wilayah Bali pada November 2022.
Jadi kerja TMC di KTT G-20 dilakukan bukan untuk mencampuri urusan negara.
Pengoperasian TMC, kata dia, dimodifikasi dengan tujuan menempatkan inti kondensasi (garam) di awan yang terdeteksi.