geosurvey.co.id, JAKARTA – Persentase penjualan kendaraan listrik (EV) dan hybrid masih jauh di bawah total penjualan mobil pada tahun 2024, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (MENCO) Irlanga Hartartu.
Penjualan kendaraan listrik dan hibrida hanya akan mencapai 9 persen dari total penjualan kendaraan pada tahun 2024, mencapai 850,000, kata Irlanga.
Oleh karena itu, dia ingin persentase tersebut meningkat pada tahun ini. Katanya, pemerintah sudah membahas insentif, salah satunya untuk mobil hybrid.
Tahun ini, pemerintah memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM DTP) sebesar 3% untuk mobil hybrid.
Sementara untuk kendaraan listrik, pemerintah memberikan insentif PPnBM DTP sebesar 100 persen bagi kendaraan listrik impor atau lengkap (CBU) dan kendaraan listrik rakitan atau Completely knock down (CKD) di dalam negeri.
“Saya kira kita ingin meningkatkan mobil hybrid karena mobil listrik, total persentase mobil listrik hanya 9 persen dari konsumsi mobil Indonesia,” ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta, Senin (13/1/2025). mengatur”.
Lanjutnya: Tahun lalu produksi dan konsumsi kita sekitar 850 ribu, dan menurut saya mobil listrik hanya 90 ribu, termasuk hybrid.
Meski ingin meningkatkan persentase penjualan mobil listrik dan hybrid, ia mencatat kendala infrastruktur dalam meningkatkan penjualan.
Ia melanjutkan: “Meskipun kita tahu bahwa infrastruktur adalah salah satu tantangan mobil listrik, kita perlu lebih meningkatkannya.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penggunaan kendaraan listrik secara massal pada tahun 2030.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin dalam rapat pemegang saham bertajuk “Percepatan transisi kendaraan listrik di Indonesia” di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Menurutnya, pengiriman kendaraan listrik di Indonesia merupakan peluang strategis bagi pembangunan ekonomi dan ketahanan energi negara.
“Kami memiliki target 13 juta e-2W dan 2 juta e-4W pada tahun 2030,” kata Rachmat.
Ia yakin hal ini akan berdampak positif pada kualitas udara, mengurangi emisi karbon, dan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat secara keseluruhan.