Reporter geosurvey.co.id Dennis Destry melaporkan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Fashion merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional, namun di sisi lain juga menghasilkan limbah dalam jumlah besar.
Meski demikian, Menteri Ekonomi Kreatif Teku Rifki menekankan perlunya penerapan fesyen berkelanjutan untuk mengurangi sampah. Menurut dia, hal ini harus disikapi dengan langkah cerdas dan strategis.
“Upaya pengurangan produksi sampah dengan mengembangkan produk fesyen berkelanjutan salah satunya,” kata Rifki di Jakarta, Sabtu (16/11/2024).
Berdasarkan data, subsektor fesyen menyumbang hingga 55 persen PDB negara. Dari 33 ton tekstil yang diproduksi di Indonesia, hampir 1 juta tonnya berakhir sebagai limbah.
Ia mendorong penerapan gaya hidup berkelanjutan yang diyakininya akan menjadi tren ekonomi kreatif masa depan. Hal ini berarti mengambil langkah-langkah untuk konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Fashion berkelanjutan tidak hanya baik bagi lingkungan, tetapi juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, penting bagi pelaku ekonomi kreatif untuk meningkatkan kapasitas dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan khusus bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk kreatif, kata Rifki. Dalam hal ini khususnya limbah dari industri fashion.
“Inovasi adalah kunci untuk menciptakan fesyen yang berkelanjutan. Kita perlu mendukung desainer dan industri untuk berinovasi dalam menciptakan produk yang tidak hanya menarik tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan,” kata Rifki.
Dengan meningkatnya permintaan akan produk ramah lingkungan, sektor ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi dan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat.