geosurvey.co.id – Pejuang Hamas menggunakan taktik baru dalam perjuangannya melawan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Avi Ashkenazi, kolumnis surat kabar Ma’ariv Israel, mengatakan tentara Israel kini menghadapi bahaya besar di Gaza, yakni ranjau darat.
Menurutnya, tentara Israel telah melihat adanya perubahan dalam cara perlawanan Hamas dalam beberapa hari terakhir, terutama di Gaza utara.
Hamas kini mulai memasang ranjau di bawah tanah. Ashkenazi menyebut ranjau darat sebagai “bom perut” atau “bom perut”.
Menurut tentara Israel, Hamas akan lebih memilih menyerang Israel dengan senjata yang ditinggalkan tentara Israel di lapangan.
Senjata-senjata tersebut antara lain bom udara (belum meledak), peluru tank, roket antitank, dan granat.
Pejuang Hamas memasang detonator kedua pada bom untuk meledakkannya.
Bom tersebut diledakkan dengan remote control ketika pergerakan tentara Hamas terdeteksi dari jarak jauh. Seorang anggota Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Gerakan Pembebasan Palestina. Qassam dilaporkan menciptakan pekerjaan magnet sipil baru di wilayah Jalur Gaza yang ditinggalkan oleh pasukan Israel dan fokus pada pertempuran di front utara untuk melawan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah. (Kedai Pakaian)
Dalam beberapa kasus, pejuang Hamas tiba-tiba muncul dari tempat persembunyiannya dan menarik perhatian tentara Israel. Namun kenyataannya, IDF justru terjebak.
Pendekatan ini diketahui ISIS dari Yudea dan Samaria, dengan fokusnya di Samaria Utara, kata Ashkenazi dalam artikel di Ma’ariv, Kamis (9/1/2025).
Menurutnya, tentara Israel membunuh tiga pejuang Hamas kemarin saat melakukan penyergapan di desa Tamun.
Militer Israel mengatakan militan Hamas mencoba memasang bom barel di bawah jalan. Mereka mencoba membawa ISIS ke sana dan kemudian meledakkan bomnya.
“Banyak Kfir, Nahal, insinyur dan pengangkut personel lapis baja tewas dalam beberapa minggu terakhir di Gaza utara karena jenis jebakan maut ini,” kata Ashkenazi.
“IDF mencoba menggunakan buldoser untuk menggali jauh ke dalam tanah, namun karena hujan baru-baru ini dan tanah terendam banjir, mereka (Hamas) dapat dengan cepat menggali dan menanam bom.”
Ashkenazi mengatakan IDF memiliki detektor panas untuk mendeteksi perubahan bawah tanah.
“IDF juga menggunakan buldoser untuk mencari tahu apakah ada bom di bawah tanah,” ujarnya.
Menurutnya, ISIS harus mengubah rute pergerakan daratnya dan menjelajahi wilayah yang bisa diamati oleh pejuang Hamas. Hamas dilaporkan memperoleh kekuatan
Hamas rupanya kembali bangkit. Saluran Jerusalem Post dan 12 melaporkan bahwa Hamas sedang mengumpulkan personel baru.
Channel 12 menyebutkan terdapat 20.000-23.000 pejuang di Hamas dan kelompok Jihad Islam, sedangkan The Jerusalem Post melaporkan jumlah pejuang Hamas mencapai 12.000.
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), ketika perang dimulai, jumlah pejuang Hamas mencapai 25.000 orang. Tentara Israel mengatakan ada antara 14.000 dan 16.000 pejuang Hamas yang terluka.
The Jerusalem Post melaporkan bahwa lebih dari 6.000 warga Gaza ditahan oleh Israel selama perang.
Sementara itu, sumber militer Israel di komando selatan membenarkan bahwa Hamas telah merekrut ribuan pejuang baru untuk sayap militernya, yakni Brigade Al-Qassam.
Sumber media Israel, yang diidentifikasi sebagai Walla, menyebutkan dua tokoh penting di Jalur Gaza.
Keduanya adalah Muhammad Sinwar atau Abu Ibrahim (saudara laki-laki Yahya Sinwar, mantan kepala biro politik Hamas) dan Izz al-Din al-Haddad atau Abu Suhaib.
Muhammad Sinwar dilaporkan menangkap pasukan di Gaza selatan, khususnya di Khan Yunis.
Sedangkan al-Haddad mengepalai Al-Qassam dan sebelumnya menjadi anggota Dewan Militer.
Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, keduanya berhasil mengelak dari intelijen Israel.
Menurut sumber di Komando Selatan, Sinwar dan al-Haddad melakukan operasi terpisah. Metode kerja mereka juga tidak biasa.
Terdapat beragam pendapat di kalangan militer Israel mengenai besarnya kerugian yang dialami Brigade Al-Qassam dan kebangkitan kembali brigade tersebut selama enam bulan terakhir.
Menurut sumber tersebut, pejuang Hamas yang berhasil melarikan diri dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini terkonsentrasi di dua wilayah utama.
Dilaporkan juga bahwa militan mulai berkumpul di gedung-gedung yang dibangun oleh Hamas dalam beberapa bulan terakhir.
Ada komandan baru, pelatihan dan perubahan metode pertempuran untuk melawan operasi IDF. Mereka membangun garis pertahanan baru.
(*)