Laporan Tim Pelapor Khusus Jaringan Tribun
geosurvey.co.id, Jakarta – Seorang anggota polisi, Sub-Inspektur II (Aipda) Nikson Jeni Pangaribuan (41), dengan sengaja menganiaya ibu kandungnya Herlina Sianipar (61) hingga tewas.
Nickerson alias Ukok diduga menganiaya ibu kandungnya dengan menggunakan tabung gas hingga meninggal dunia.
Peristiwa naas ini terjadi pada Minggu malam (1/12/2024).
Hamid (65), petugas RT 02 RW 04, mengatakan, lapak tersebut menjual rokok, elpiji, dan minuman ringan kemasan.
Selain itu, manajer lokal RT mengungkapkan bahwa stand tersebut menjual alkohol.
Tapi sekarang dia jual minuman, seperti minuman kaleng, kue, dan lama-lama (jualan) bensin,” Hamid Zhou 2 (12 Maret , 2024) di Jaringan Tribune.
Hal itu dibenarkan Asep, pemilik warung makan yang terletak sekitar 100 meter dari toko pelaku dan keluarga korban.
Pria yang saat ditemui mengenakan kopiah itu mengatakan, toko milik keluarga Ucock itu menjual minuman beralkohol.
Asep mengatakan, toko milik keluarga Epda Nickerson ini lebih banyak buka pada malam hari dan hampir setiap hari menerima pelanggan.
Sedangkan untuk produknya berupa elpiji, menurutnya baru dijual di toko dan rumah yang terletak di pinggir Jalan Raya Narogong, Cilingsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“(Bisnis) minuman. Di situlah dia beroperasi pada malam hari. (Agen GPL) itu baru,” kata Asep.
Pantauan Tribunnews pada Selasa, 12 Maret 2024, bagian depan toko berbentuk toko dengan dua ruangan terpisah namun bersebelahan.
Kedua kamar dipasang pintu besi lipat dua dan dicat hijau agar menyatu dengan dinding kuning.
Ada pagar kecil di sebelah kompartemen paling kanan. Pagar tersebut menjadi akses menuju pintu masuk tengah rumah yang terbuat dari kayu.
Sekitar pukul 14.00, seorang pria datang ke toko yang tutup tersebut, rupanya ingin membeli minuman.
Pria itu turun dari minivan hitam yang dikendarainya. Dia rupanya tidak menyadari bahwa kios tersebut telah ditutup setelah pembunuhan tersebut.
Selain itu, polisi tidak memasang garis polisi di sepanjang pintu bifold toko.
Ketika wartawan menanyakan apa tujuannya, dia berhenti di depan toko. Laki-laki berkemeja hitam itu berkata ingin membeli minuman. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut minuman apa yang ingin dibelinya.
“Tuan, apa yang sedang Anda cari? Apakah Anda ingin membeli bensin?” tanya wartawan itu kepada pria yang berusia sekitar setengah abad itu.
“Tidak, tidak ada bensin. Saya mau beli minuman,” jawabnya kepada seorang jurnalis. Epda Nickerson Pongaliboon dan istrinya. Nickerson membunuh ibu kandungnya dengan cara memukul kepalanya dengan gas melon di Cileungsi, Bogor. Nickerson sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogor, Jakarta Barat untuk mengobati gangguan jiwa yang dialaminya. (Kantor Berita Forum Bogor)
Setelah mengetahui toko milik keluarga Ucok tutup, pria tersebut bergegas menuju mobilnya dan segera meninggalkan lokasi kejadian.
Dedi, pegawai pabrik yang terletak di sebelah kanan rumah Ukok, kembali membenarkan informasi bahwa toko (TKP) tempat terjadinya pembunuhan memang menjual minuman beralkohol.
Ia mengaku tinggal tak jauh dari lokasi kejadian. Bahkan, kata dia, semasa lajang, ia kerap membeli minuman beralkohol di toko milik keluarga Ucock.
“Kalau aku masih single, aku beli minuman di sini. Wine, bir, dan sebagainya. Sekarang aku tidak melakukan itu lagi,” kata Dedi saat reuni.
Sementara itu, salah satu tetangga keluarga Ukoq, seorang imam yang berprofesi sebagai pemulung, mengatakan minuman beralkohol termasuk salah satu produk yang dijual di warung tetangganya.
Bahkan, kata dia, Ukok kerap mabuk-mabukan dan membuatnya emosi. Penyerang dilaporkan mengatakan dia dieksploitasi oleh mantan istrinya.
Nikson Jeni Pangaribuan, tersangka pembunuh ibu kandungnya, menceraikan istrinya beberapa tahun lalu.
Hal itu diungkapkan Ketua RT setempat Hamid yang juga mengatakan Nickson alias Ukok juga dikaruniai seorang anak dari pernikahan tersebut.
“Mantan istrinya kini berada di kampung Siamis. Mantan istrinya sedang bersama anak-anaknya,” kata Hamid.
Hamid melanjutkan, Nickerson ditangkap karena berkelahi dengan warga sekitar yang merupakan anak buah bos rental transportasi Durden.
Pejabat RT mengatakan, kejadian itu terjadi sekitar tiga bulan lalu. Ia mengaku tidak mengetahui konteks kerusuhan tersebut
Namun, dia menjelaskan, Ukok lah yang pertama kali emosi saat kejadian tersebut dan mengajak anak buah Durden terlibat adu fisik.
“Saya sedang lewat. Lalu saya lihat Nickerson duduk di sepeda motornya sambil marah-marah ke anak buah bos Durden, ‘Nanti saya bunuh kamu’,” kata Hamid.
Melihat pertengkaran antar warga, Hamid berusaha menenangkannya sebelum kerusuhan bertambah parah.
Melanjutkan ceritanya, Hamid mengatakan, seminggu sebelum pembunuhan ibu kandungnya di Ukok, ketua RT sempat berbicara dengan pelaku.
Hamid mengatakan, dalam perbincangan tersebut, Ucock meminta maaf atas gangguan yang terjadi antara dirinya dengan anak buah bos Dayden.
Percakapan berlanjut hingga Nickerson mengungkapkan kepada ketua RT setempat bahwa dia memulai kerusuhan karena dia berada di bawah pengaruh ilmu hitam yang dimulai oleh mantan istrinya.
“Mungkin karena dia malu, Nickerson. Dia berkata, ‘Maaf, saya sudah bicara dengan staf Durden. Istri saya memanfaatkan saya,'” kata ketua RT kepada Tribune Network.
Mendengar pengakuan Nickerson, Hamid mengaku belum sepenuhnya yakin. Itu karena dia melihat Nickerson sehat setiap hari. Keluarga berharap penyerangnya bisa direhabilitasi
Sekitar pukul 16.00 Selasa (12/3/2024), belasan saudara Nickerson berkumpul di rumah tempat pembunuhan terjadi dan di rumah duka korban.
Pria berpakaian serba hitam itu baru saja menguburkan korban Herlina Sianipar di TPU Cipenjo di Gileonsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Keluarga Nickerson dan Helena mengizinkan reporter Tribune masuk ke rumah mereka.
Dari tengah rumah keluarga, terlihat garis polisi di sepanjang pintu berwarna coklat, digantung dengan tirai berwarna merah muda dan putih.
Pintu tersebut menghubungkan ruang tamu rumah dengan toko tempat Nickerson membunuh ibu kandungnya.
Saya tidak melihat apa yang terjadi di toko. Gelap karena tidak ada cahaya di dalamnya.
Paman penyerang, Ronnie (75), menjelaskan, sebenarnya keluarga Helena adalah keluarga yang harmonis. Ia mengatakan mendiang kakak iparnya menyayangi keempat anaknya, termasuk Nickerson.
Dia menambahkan, Nickerson telah dicurigai menderita penyakit mental selama tiga tahun. Entah apa yang membuat keponakannya menjadi seperti ini.
Dia mengatakan Nickson (alias Ukok) dilarikan ke rumah sakit jiwa di kawasan Grogol, Jakarta Barat, untuk mendapatkan perawatan. Pihak rumah sakit mengizinkan Nickerson pulang karena dinyatakan sembuh.
Namun menurutnya, gangguan jiwa keponakannya kerap kambuh. Memang, Nickerson diduga tidak rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokternya.
Selain itu, tambahnya, kondisi Nickerson juga berdampak pada keluarganya yang mengkhawatirkan kesehatan mental Nickerson.
Padahal, kata Ronnie, ayah Nickerson meninggal karena serangan jantung enam bulan lalu. Ia menduga kematian kakaknya disebabkan oleh pemikirannya terhadap kondisi putranya yang seorang polisi aktif.
Namun, ia merasa hubungan Nickerson dan ibu kandungnya Helena dalam kondisi sangat baik dan tidak pernah ada masalah sebelumnya.
Ronny mengatakan kepada Tribune: “Gejala Nickerson sebelum kejadian (pembunuhan) dimulai dua minggu lalu dan dia marah, membentur lantai, ubin, dan meja. Di sana kami sangat menyadari Nickerson. Penyakitnya kambuh.”
Melihat kondisi Nickerson, Ronnie berharap keponakannya bisa pulih selama menjalani hukuman.
“Bukan kehendak atau kehendaknya Nickerson sakit. Kami minta Propam yang memeriksanya berpikir seadil-adilnya sesuai aturan. Maksud saya, permintaan keluarga kami Jangan sampai dia dipecat. Tolong biarkan dia sembuh sampai nanti.” Nickerson sakit. (Tim Pelapor Khusus Tribune).