Poseidon, Torpedo “Kiamat” Nuklir Nonstop Rusia, Salah Satu dari 6 Senjata Milik Rusia
Tribunenews.com – Poseidon adalah torpedo nuklir Rusia yang “merusak”.
Poseidon adalah salah satu dari enam senjata eksperimental Rusia yang mampu menghindari sistem pertahanan saat ini melalui sistem udara tak berawak.
Poseidon Rusia, juga dikenal oleh NATO sebagai Canyon dan sebelumnya dikenal sebagai Status-6, adalah torpedo bertenaga nuklir yang mendefinisikan konsep rudal balistik.
Dikembangkan oleh Biro Desain Rubin, torpedo ini mewakili generasi baru sistem senjata bawah air, menggabungkan kekuatan penghancur yang tak tertandingi dengan kekuatan penghancur kelas tinggi.
Torpedo memiliki jangkauan yang tidak terbatas
Poseidon didukung oleh reaktor nuklir, yang memberikan jangkauan tak terbatas.
Uji coba pertamanya dilakukan pada 27 November 2016, dari kapal air khusus B-90 Saro di Samudra Arktik, menurut Pentagon.
Senjata ini dapat menyelam hingga kedalaman 3.280 meter (1.000 meter) dan melaju dengan kecepatan luar biasa hingga 100 knot (115 mph).
Beratnya lebih dari 90 ton, panjang 60 kaki (18 meter) dan diameter 6,5 kaki (2 meter), menjadikannya torpedo terbesar yang pernah dibuat.
Namun, ukurannya yang mengesankan bukan satu-satunya karakteristiknya – kecepatan dan siluman Poseidon serta kemampuan membawa muatan nuklir menambah persenjataan Rusia. Banyak ruang untuk lebih banyak ruang
Poseidon dirancang untuk membawa senjata konvensional atau nuklir, dengan daya ledak tinggi sebesar dua megaton.
Kemampuannya yang kuat memungkinkannya menyerang kota-kota pesisir atau pangkalan angkatan laut, seperti serangan kapal induk.
Dalam beberapa kasus, senjata tersebut bahkan dapat menciptakan “radio tsunami” untuk menghancurkan suatu area tertentu, meskipun kemampuan tersebut patut dipertanyakan, hal ini menunjukkan perannya sebagai alat penghancur.
Tenaga Nuklir: Revolusioner Tapi Berbahaya
Penggunaan tenaga nuklir oleh Poseidon merupakan lompatan teknologi yang besar – Amerika Serikat pernah melakukan eksplorasi pada tahun 1960an namun kemudian ditinggalkan.
Namun, perkembangan ini mempunyai risiko. Jika sistem propulsi tidak terlindung atau dikendalikan dengan baik, maka dapat melepaskan bahan radioaktif, yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Ide-ide Putin bersifat modern
Pada tanggal 2 Februari 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi bahwa Poseidon telah menyelesaikan tahap pengujian kritis.
Belakangan bulan itu, Kementerian Pertahanan Rusia merilis rekaman uji coba Poseidon dari kapal selam B-90 Sarov.
Demonstrasi ini menunjukkan bahwa Rusia siap menggunakan salah satu senjata paling canggih dan eksperimental. Bagian dari persenjataan super simbolis Rusia
Poseidon hanyalah satu dari enam “senjata khusus” yang diluncurkan Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Senjata lain dari kelompok elit ini termasuk rudal balistik jarak menengah Sarmat, kendaraan luncur hipersonik Avangard, rudal Boryotank bertenaga nuklir, rudal balistik Kinzal, dan rudal antikapal hipersonik Zircon. “Kiamat Rudal”: Torpedo Baru Moskow
Poseidon, juga dikenal sebagai Status-6, adalah torpedo Rusia. Torpedo ini merupakan senjata praktis kelas baru, yang dibedakan berdasarkan kemampuannya menghindari sistem pertahanan dan kemampuannya menghancurkan.
Poseidon menggunakan reaktor nuklir yang memberikan jangkauan tak terbatas. NATO disebut Canyon. Poseidon adalah salah satu dari enam uji coba “senjata khusus” Rusia.
Menurut Pentagon, Rusia melakukan uji coba pertama Poseidon pada 27 November 2016 di Samudra Arktik menggunakan kapal selam khusus.
Kapal ini mampu beroperasi dengan kecepatan 200 kilometer per jam dan di kedalaman 1000 meter. Kapal ini memiliki berat lebih dari 90 ton, memiliki diameter dua meter dan panjang lebih dari 18 meter.
Ini mungkin merupakan torpedo terbesar yang pernah dibuat dan digunakan di dunia.
Poseidon dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional dan nuklir, dengan kapasitas ledakan hingga dua megaton. Poseidon dapat digunakan untuk menyerang kota-kota pesisir atau kelompok pembawa, menyebabkan “tsunami radio” dan menyebabkan kerusakan besar pada daerah sasaran.
Sumber: DIARIO AS, TAGTIK