Dilansir reporter geosurvey.co.id Choirul Arifin
geosurvey.co.id, JAKARTA – Departemen Keuangan Daerah (BPDLH) berkomitmen mendorong pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim melalui acara bertajuk “Sinergi untuk Keberlanjutan” di Jakarta, baru-baru ini.
Kegiatan tersebut antara lain perundingan kerja sama Recovery Resource Facility (RDF), penandatanganan kerja sama implementasi proyek RBP REDD+ Green Climate Fund (GCF) Output 2 BPDLH dan fitting organisasi perantara, pelantikan organisasi perantara, dan . sebagai debat publik bertemakan “Sumbangan dana masyarakat terhadap lingkungan hidup: dari hak menuju lingkungan hidup yang baik”.
Presiden BPDLH Joko Tri Haryanto mengatakan BPDLH berperan penting dalam mendorong pelestarian lingkungan hidup dan mendukung berbagai komitmen pemerintah Indonesia terhadap lingkungan hidup melalui pemenuhan tugas pengelolaan Menghargai lingkungan keuangan.
Joko menjelaskan, sejak diluncurkan pada 9 Oktober 2019, BPDLH terus berupaya memberikan layanan terbaik melalui berbagai layanan keuangan baru.
“Kami terus meningkatkan kesadaran untuk memiliki BPDLH sebagai instrumen keuangan baru yang mendukung pelestarian lingkungan hidup di Indonesia,” ujarnya, berbicara pada Sabtu, 19 Oktober 2024.
Kedepannya, organisasi akan terus menjalin kerja sama dan membangun kerja sama dengan berbagai mitra, sehingga komitmen pemerintah Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dapat terpenuhi, lanjutnya.
Organisasi ini baru-baru ini menandatangani perjanjian kerja sama untuk mengalokasikan dana pembayaran manfaat (RBP) Output 2 REDD + GCF yang dikelola bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penandatanganan ini melibatkan 5 organisasi kelas menengah seperti Yayasan Penabulu, Koperasi, KKI WARSI, Yayasan Petai dan Yayasan Forum Cipta Sulawesi yang mewakili penerima manfaat dari delapan provinsi. Diantaranya adalah Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Proyek ini merupakan bagian dari Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia, dimana BPDLH mengelola pendapatan sebesar $103,8 juta GCF untuk membiayai kemajuan Indonesia dalam penurunan emisi sebesar 20,25 juta ton CO2 per sama dengan periode 2014-2016.
Hal ini merupakan sebuah prestasi besar yang mengangkat posisi Indonesia di kancah internasional sebagai negara yang berdedikasi terhadap pengelolaan hutannya. Alokasi sebesar $56,25 juta akan disalurkan ke pemerintah daerah dari pemerintah pusat.
Proyek ini harus berkontribusi terhadap restorasi hutan dan memberikan dampak besar bagi masyarakat, terutama dengan mendukung masyarakat sekitar hutan.
Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektor dan Daerah Wahyu Marjaka berharap pengelolaan proyek RBP REDD + GCF Output 2 dapat memberikan dampak signifikan terhadap pengelolaan perubahan iklim dan menjangkau banyak pemangku kepentingan, sehingga memperkuat peran kehutanan dalam mencapai tujuan nasional . . Tujuan kemitraan ditentukan.
Pertukaran mata uang juga terjadi selama acara ini. Fasilitas Dana Bergulir (RDF) fokus pada pembiayaan investasi kehutanan dan lingkungan hidup, yang secara khusus memberikan kredit kepada kelompok usaha masyarakat dan UMKM yang tergabung dalam kelompok hutan dan hutan rakyat.
BPDLH didukung oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung KLHK dan Bank Negara Indonesia memberikan bantuan berupa 7.000 bibit jenis pohon multi spesies (MPTS) kepada lembaga keuangan yang harus menjadi mitra distribusi BPDLH.
Direktur Perekonomian Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Saiful Islam menjelaskan, inisiatif-inisiatif tersebut tidak hanya menjadi wujud komitmen kami terhadap lingkungan, namun juga merupakan ukuran nyata keberagaman sektor swasta. , komunitas lokal dan komunitas internasional bersatu untuk melindungi lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau.
BPDLH juga memfasilitasi konsultasi publik mengenai program Dana Lingkungan Hidup Masyarakat yang merupakan bagian dari proyek FOLU Net Sink 2030.
Proyek ini didukung oleh Research Grant (RBC) dari pemerintah Norwegia dan bertujuan untuk memberikan akses pendanaan bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam pengelolaan putaran.
Pengabdian masyarakat lingkungan hidup telah mendukung inisiatif lingkungan hidup yang telah memberikan dampak nyata di banyak wilayah di Indonesia.
Dengan diadakannya konsultasi publik bertajuk “Layanan Masyarakat: Dari Tanggung Jawab Menuju Lingkungan yang Lebih Baik”, masyarakat dapat lebih memahami cara mengakses layanan tersebut sekaligus mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan penurunan emisi sebesar 140 juta ton setara CO2 pada tahun 2030.