geosurvey.co.id – Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Purn.) Dr. Haji Tubagus atau Mayor Muda. TNI (purnawirawan) Dr. H. TB Hasanuddin merupakan purnawirawan perwira senior (Partai) Tentara Nasional Indonesia (AD).
Jabatan terakhir TB Hasanuddin di TNI AD adalah sebagai Perwira Staf di Mabes TNI AD.
Jenderal bintang 2 ini kedapatan aktif menjabat sebagai Staf Mabes TNI AD pada tahun 2005 hingga 2009.
Semasa di TNI, TB Hasanuddin juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan beberapa presiden, antara lain Menteri Pertahanan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Menteri Pertahanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 2009 TB Hasanuddin pensiun sebagai TNI AD.
Setelah pensiun dari TNI, ia terjun ke dunia politik dan bergabung dengan partai yang didirikan Megawati Soekarnoputri, yaitu PDIP.
Pada pemilu 2009, TB Hasanuddin mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI di Dapil PDIP Jawa Barat 9.
Ia kemudian berhasil terpilih dan menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR RI periode 2009-2014.
TB Hasanuddin terpilih kembali menjadi anggota Komisi I DPR RI periode 2014-2019.
Pada tahun 2018, TB Hasanuddin mengundurkan diri dari DPR karena PDIP mendukungnya dalam pemilihan gubernur Jawa Barat, namun langkahnya gagal karena kalah dalam pemilu dari Ridwan Kamil.
Ia kemudian terpilih kembali menjadi anggota DPR RI di daerah pemilihan Jawa Barat 9 pada Pemilu Legislatif 2019.
Baru pada tahun 2024, TB Hasanuddin berhasil terpilih menjadi anggota MPR masa jabatan 2024-2029.
Ia juga menjadi Ketua MPR Partai PDIP sebagai Wakil Presiden. Mayjen TNI (Purn) Dr. H.TB Hasanuddin, S.E., M.M., M.Si. (netral) Kehidupan dan pendidikan
Tubagus Hasanuddin lahir di Majalengka, Jawa Barat, pada tanggal 8 September 1952.
Ia memiliki seorang istri bernama Ika Eviolina.
TB Hasanuddin dan Ika dikaruniai 3 orang anak bernama Roy Valentino, seorang manajer perusahaan, Inge Metallia, seorang notaris, dan si bungsu Sashi Kirana Tungga Dewi.
TB Hasanuddin bukan orang biasa, ia mempunyai adik laki-laki yang menjabat Jaksa Agung yaitu ST Burhanuddin.
Dia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara, dan ayahnya adalah seorang kepala desa, artinya kepala desa.
TB Hasanuddin lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1974.
Di Akademi Militer, TB Hasanuddin sekelas dengan tokoh-tokoh penting, seperti Jenderal Prabowo Subianto. Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, hingga Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu.
Dalam pendidikan tingginya, TB Hasanuddin menempuh pendidikan sarjana, magister, dan doktor di Universitas Pasundan. Perjalanan bisnis
Prestasi Tubagus Hasanuddin di Angkatan Darat India.
Beberapa jabatan strategis yang disandangnya di TNI Angkatan Darat.
Ia menulis jabatan Pama Yonarhanud 14 (1975) dan Instruktur kursus militer India di Magelang (1983), dan Kodam I Aceh (1985).
Selain itu, TB Hasanuddin pernah menjabat sebagai Dosen SESKOAD Bandung (1989) dan Komandan Sektor Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Irak (1992).
Karir TB Hasanuddin melejit saat ditugaskan di Kostrad pada tahun 1993.
Pada tahun 1994, ia dipindahkan ke Kodam Jaya.
Jenderal asal Majalengka ini kemudian dipercaya menjadi Wakil Kepala Wakil (Wapres) Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno pada tahun 1996.
Dua tahun kemudian, TB Hasanuddin diangkat menjadi Asisten Presiden B.J. Habibie
Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Staf Garnisun Jakarta pada tahun 1999.
Sejak itu, dia menjadi lebih aktif.
Pada tahun 2001, TB Hasanuddin diangkat menjadi Menteri Pertahanan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Pertahanan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004.
Barulah pada tahun 2005 TB Hasanuddin diangkat mengisi jabatan Staf di Mabes TNI AD. Rekam jejak
TB Hasanuddin punya catatan luar biasa saat menjabat sebagai prajurit TNI hingga pensiun.
Rupanya, jenderal bintang 2 ini telah mendapatkan beberapa penghargaan pengabdian, antara lain Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, dan Bintang Yudha Dharma Nararya.
Jadi, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satyalancana Loyalitas 24 tahun, Satyalancana G.O.M VII, Satyalancana Dwidya Sistha (Detik Kedua), Satyalancana Seroja, Satyalancana Wira Karya, Satyalancana Santi Dharma, dan Satyalancana Wira Siaga.
TB Hasanuddin juga telah menerbitkan beberapa buku berjudul Arsitektur Keamanan Nasional, Rmbook (2013) dan Bela Negara dan Kontradiksi Wacana Bela Negara.
Setelah pensiun sebagai TNI Partai AD, TB Hasanuddin menjadi politikus PDIP.
Di PDIP, ia juga mendapat posisi strategis.
TB Hasanuddin tercatat sebagai Ketua Bidang Politik DPP PDI Perjuangan, Plh. Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, dan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
Pada tahun 2018, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa TB Hasanuddin sebagai saksi dalam penyidikan dugaan korupsi terkait Badan Keselamatan Laut (Bakamla) RI.
Sebagai anggota DPR RI, TB Hasanuddin juga aktif menyikapi kasus-kasus pidana yang menarik perhatian masyarakat.
Salah satunya adalah kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J oleh Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Ia menemukan kejanggalan mulai dari penyerahan jenazah Brigadir Nofriansyah secara diam-diam ke rumah keluarga hingga persoalan terkait status petugas dan sopir.
(geosurvey.co.id/Rakli Almughni)