geosurvey.co.id – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan keprihatinannya atas meluasnya popularitas konten pornografi di seluruh dunia.
Ia ingin mengembangkan alternatif yang lebih menarik untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari konten cabul.
Hal itu disampaikannya pada Kamis (19/12/2024) di acara tahunannya yang bertajuk “Direct Line” di Moskow.
Menurut laporan RT, Putin mengatakan bahwa konten dewasa tidak hanya menjadi masalah di Rusia, tetapi merupakan fenomena global.
“Ini bukan hanya masalah kami, tapi masalah banyak negara lain,” kata Putin pada acara yang berlangsung sekitar empat jam itu.
Ia menegaskan, meski melarang konten-konten tersebut mungkin bisa menjadi sebuah pilihan, namun yang terpenting adalah menawarkan alternatif yang mampu menawarkan pengalaman yang lebih menarik dan menarik.
“Apa jawabannya? Secara umum, kami bisa melarang, tapi kami harus selalu menawarkan alternatif yang lebih menarik dibandingkan situs dewasa.”
“Jadi ketika seseorang membuka situs dewasa, mereka berkata, ‘Saya melihatnya, saya ingin melihat situs lain.'”
Komentar Putin muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran konten pornografi. Presiden Rusia Vladimir Putin saat berkunjung ke Kazakhstan. (Foto EPA)
Sementara banyak negara berjuang untuk mengatur konten dewasa, fokus Putin adalah mendorong perubahan budaya yang menawarkan alternatif yang lebih menarik dan positif terhadap pornografi online.
Menurut Statista, kunjungan ke situs konten dewasa mencapai miliaran di seluruh dunia.
Statista juga melaporkan bahwa konten dewasa tetap menjadi salah satu kategori lalu lintas internet teratas.
Menurut worldpopulationreview.com, Rusia tidak melarang pornografi, namun produksi materi pornografi adalah ilegal. VPN juga ilegal.
Rusia juga memblokir banyak situs, termasuk beberapa (tetapi tidak semua) situs pornografi. Dan negara lain?
Menurut worldpopulationreview.com, Korea Utara memiliki tingkat sensor tertinggi di dunia.
Pemerintah menyensor segala sesuatu yang masuk, keluar, atau beredar di negara ini, termasuk semua sumber berita, media, dan jejaring sosial.
Tidak ada pornografi yang diperbolehkan.
Orang juga tidak bisa mengakses pornografi menggunakan virtual private network (VPN) karena VPN juga dilarang.
Setelah Korea Utara, Tiongkok memiliki sensor terketat kedua di dunia.
Seiring dengan penyensoran sebagian besar media Barat, berita politik, dan VPN, pornografi juga disensor oleh “Great Firewall of China”, yang juga dikenal sebagai Project Golden Shield.
Beberapa situs atau VPN mungkin merusak pelindungnya dari waktu ke waktu, namun situs tersebut biasanya diblokir ketika terdeteksi. lihat foto Peta negara yang melarang pornografi pada tahun 2024
Iran menyensor media dan sebagian besar jejaring sosial, termasuk Facebook, dan pornografi tidak tersedia.
Banyak negara mayoritas Muslim lainnya, termasuk Qatar, Suriah, Turkmenistan, Turki, Pakistan, Oman, Eritrea, dan Uni Emirat Arab, juga mengambil tindakan khusus untuk melindungi nilai-nilai Islam di negara-negara tersebut.
VPN sering kali tersedia di negara-negara ini dan memungkinkan orang untuk melewati sensor pemerintah.
Selain itu, banyak pemerintah di Afrika dan Asia (termasuk Kuba, negara komunis di lepas pantai Florida) menyensor dan membatasi akses ke situs-situs pornografi.
Misalnya, Thailand memberlakukan larangan pornografi online pada tahun 2019.
Namun, orang-orang di negara-negara tersebut dapat mengakses konten yang dibatasi melalui VPN.
Banyak negara menganggap penyensoran pornografi diperlukan untuk melindungi anak-anak ketika berselancar di Internet dan dari bahaya perdagangan manusia.
Misalnya, Inggris telah memberlakukan pembatasan yang lebih longgar yang mengharuskan situs yang mendistribusikan pornografi memverifikasi usia pengguna sebelum mengakses konten.
(geosurvey.co.id, Tiara Shelawi)