Laporan reporter geosurvey.co.id, Endrapta Pramudhiaz
geosurvey.co.id, JAKARTA – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenKopUKM) mengumumkan banyak permohonan pinjaman untuk banyak usaha kecil dan menengah (UMKM) yang ditolak.
Menurut Yulius, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian Koperasi dan PME, salah satu penyebabnya adalah rasa percaya diri para pengusaha.
“Memang kami tidak ada jaminan semuanya bisa diakses oleh UMKM, tapi yang terpenting kami tetap melihat kepercayaan mereka tapi kami tidak akan diam-diam memberikan kepercayaan kepada orang yang tidak amanah,” ujarnya. saat konferensi pers di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2024).
Dia menegaskan, proses evaluasi KUR bergantung pada keahlian para pelaku UMKM. Banyak permohonan yang ditolak karena pelaku tidak memiliki catatan keuangan yang baik.
Oleh karena itu, prosesnya masih berdasarkan kemampuan perusahaan dan banyak yang ditolak karena tidak memiliki laporan yang baik, kata Yulius.
KemenKopUKM berencana menerapkan teknologi kecerdasan buatan pada skema kredit saat pelaku UMKM mengajukan KUR sehingga proses analisa kelayakan kredit pemohon alokasi KUR bisa dikatakan lebih cepat.
“Kedepannya kita akan menggunakan credit scoring yang baru, selanjutnya kita akan menggunakan kecerdasan buatan untuk menghitungnya,” kata Yulius.
Ia mencontohkan seorang pengusaha yang mengaku berjualan buah-buahan di Bogor. Dengan AI, mereka dapat dengan mudah memverifikasi validitas klaim.
“Melalui kecerdasan buatan, terlihat dia tidak akan pernah berjualan di sana. Kalau berbohong pasti ketahuan,” pungkas Yulius.
KemenKopUKM mengumumkan, berdasarkan data Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), pelaksanaan penyaluran KUR sejak tahun 2015 hingga 30 September 2024 sebesar 1,793 triliun kepada 48 juta peminjam UMKM.
Penyaluran KUR mencapai puncaknya pada tahun 2022 dengan realisasi total Rp365,5 triliun untuk 7.615.497 peminjam.