TRIBUNNEVS.COM – Kehadiran pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina semakin meluas.
Apalagi setelah pemberitaan baru-baru ini 6 perwira dan beberapa tentara tewas dalam penyerangan di wilayah Donetsk.
Menanggapi klaim tersebut, Rusia membantah keberadaan tentara Kim Jong Un yang bekerja untuk Rusia di Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan berita bahwa pasukan Pyongyang berperang demi Rusia di Donbass adalah hoaks.
“Sepertinya penipuan lain,” jawab Peskov, seperti dilansir Russia Elium.
Peskov menjelaskan bahwa Perjanjian Kemitraan Komprehensif yang ditandatangani pada bulan Juni saat kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Pyongyang, menggantikan sejumlah perjanjian sebelumnya antara Rusia dan Korea Utara.
Perjanjian tersebut juga memuat klausul pemberian bantuan militer gabungan, namun hanya jika salah satu pihak diserang.
Namun, Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Jong-hyun mengatakan kesepakatan itu akan memungkinkan Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia.
Dia berpendapat bahwa pengerahan pasukan semacam itu “sangat mungkin terjadi” dan menyatakan bahwa beberapa tentara Korea Utara mungkin tewas dalam konflik di Ukraina.
Sementara itu, media Inggris The Guardian mengungkapkan bahwa teknisi Korea Utara ditempatkan di Rusia sehubungan dengan penggunaan rudal oleh Korea Utara.
Media mengungkapkan, beberapa dari mereka tewas dalam serangan tentara Ukraina di Donetsk pekan lalu.
Kepala intelijen Ukraina Krylo Budanov mengatakan setidaknya enam perwira Korea Utara tewas dalam serangan yang menewaskan sekitar 20 tentara Rusia.
Media Ukraina, Strana, mengatakan unit-unit teknik Korea Utara dapat memasuki Ukraina untuk membantu Rusia “mengatasi kebuntuan perang”.
Ekonom Ukraina Alexei Kosh mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa tentara Korea Utara telah lama mampu membangun benteng bawah tanah dan menggali terowongan. Dan mereka bisa menggali di bawah posisi Ukraina.
Pembangunan fasilitas dan komunikasi bawah tanah merupakan salah satu keterampilan utama Korea Utara selama Perang Korea.
Untuk melindungi diri dari serangan udara AS, Korea Utara telah memindahkan gudang militer, senjata kecil, dan barak ke bawah tanah.
Korea Utara juga membangun sistem kereta api sepanjang 500 kilometer antar depo.