geosurvey.co.id, JAKARTA – Proses transisi energi yang penuh tantangan di Indonesia memerlukan komitmen nasional dan kepemimpinan yang kuat untuk memastikan pelaksanaannya berkeadilan bagi masyarakat dan bermanfaat bagi pembangunan manusia, mencapai ketahanan energi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. . sejalan dengan cita-cita Presiden Prabowo Subianto.
Lima tahun ke depan akan menentukan berhasil tidaknya Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah melalui transformasi ekonomi dan pertumbuhan ramah lingkungan.
Pesan ini akan dipromosikan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) pada Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 di Jakarta pada tanggal 4-6. pada bulan November 2024.
IETD merupakan acara tahunan yang telah diselenggarakan selama tujuh tahun berturut-turut.
Tahun ini, perdebatan akan fokus pada “Mewujudkan transisi energi yang adil dan teratur”.
JIETD 2024 mengulas evolusi transisi energi, implikasinya, peluang dan keterkaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan perencanaan lintas sektoral seperti perencanaan pembangunan, pengembangan industri, pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta lingkungan hidup. bencana.
Melalui 11 sesi dengan tema dan format berbeda, IETD menghadirkan 50 pembicara, panelis, dan moderator nasional dan internasional. IETD menyoroti transisi energi dari sudut pandang berbagai kelompok dan sektor, menekankan pentingnya arah yang jelas dan dukungan multipihak.
IESR dan ICEF membuka kesempatan bagi semua pihak untuk berpartisipasi dalam diskusi mengenai IETD. Informasi rinci tentang acara dan pembicara dapat ditemukan di ietd.info.
Menyambut IETD 2024 dan memanfaatkan momentum pemerintahan baru Indonesia, IESR mendorong pemerintahan Prabowo-Gibrani untuk menjadikan transisi energi sebagai misi nasional untuk mempercepat transisi dari energi fosil ke energi terbarukan.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca guna menghindari memburuknya pemanasan global. Pada Conference of the Parties (COP-28) tahun lalu, Indonesia bersama 200 negara menyepakati resolusi COP untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat (triple) dan upaya efisiensi energi sebanyak dua kali lipat (double) pada tahun 2030.
IESR menilai dalam lima tahun kepemimpinan Presiden Prabowo ke depan, Indonesia harus mengintegrasikan komitmen tersebut ke dalam perencanaan energi nasional dan sektoral serta mengeluarkan kebijakan yang akan berdampak pada percepatan pengembangan energi terbarukan.
CEO IESR Fabby Tumiwa mengatakan IESR akan mengirimkan surat resmi kepada menteri terkait yang menguraikan lima rekomendasi utama untuk mempercepat transisi energi.
Menurut dia, indikator komitmen pemerintah terhadap transisi energi adalah peningkatan bauran energi terbarukan pada listrik dan bahan bakar cair serta penurunan penggunaan energi fosil.
“Jaminan percepatan transisi energi yang berkeadilan terletak pada peningkatan target pemilihan energi terbarukan Indonesia dan strategi pencapaiannya dalam dokumen Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang akan diumumkan dalam Peraturan Pemerintah (PP),” kata Fabby dalam sebuah pernyataan. penyataan. , pada Kamis (31/10/1024).
Selain itu, peningkatan target pemilihan sumber energi terbarukan harus diselaraskan dengan dokumen perencanaan lainnya, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kedua (RPJMN), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kedua (RPJMN). Kontribusi Bertekad (SNDC). ), yang akan diserahkan ke Badan Iklim PBB tahun depan.
“Pemerintah perlu menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca, khususnya di bidang energi, yang konsisten dengan pembatasan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius,” kata Fabby.
Deon Arinaldo, Direktur Program Transformasi Sistem Energi IESR, juga menyoroti persoalan pasokan energi yang kerap diangkat Presiden Prabowo.
Menurutnya, swasembada energi dapat dicapai dengan menggunakan energi terbarukan, khususnya tenaga surya, angin, dan baterai.
“Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah dan tersebar di seluruh Indonesia. “Pengembangan energi terbarukan berdasarkan potensi sumber energi terbarukan di setiap daerah dapat meningkatkan akses energi berkelanjutan, harga energi terjangkau, ketahanan dan ketahanan energi nasional dibandingkan dengan pengembangan sumber daya energi skala besar secara terpusat,” jelas Deon. PT PLN (Persero) ingin menekankan perannya dalam mempercepat transisi energi di Indonesia. (dokumen PLN)
IESR mengedepankan kepemimpinan yang kuat dengan mengutamakan kemitraan dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan domestik dan internasional. IESR meyakini perlunya penguatan kerja sama antara pemerintah, BUMN, dan swasta tanah air, sesuai tugas dan fungsinya.
Direktur Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR Arief Rosadi mengatakan Presiden Prabowo dapat menunjukkan kepemimpinan strategis dalam membangun dan memperkuat kerja sama Selatan-Selatan untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan.
Partisipasi Indonesia dalam berbagai forum internasional dalam United Nations Framework Convention on Climate Change, G20, ASEAN, Belt and Road Initiative (BRI) International Cooperation Forum dan Indonesia Africa Forum serta Free and Active Forum merupakan cara penting bagi Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut. memimpin transisi energi. agenda dan pencapaian di negara-negara Global Selatan.
“Presiden Prabowo dapat mendorong kerja sama Selatan-Selatan untuk mendukung dan memfasilitasi transisi energi dan pembangunan inklusif di negara-negara berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembangunannya,” kata Arief.
Penerapan kerja sama Selatan-Selatan yang intensif tidak hanya akan berkontribusi pada upaya penurunan emisi Indonesia di sektor energi, tetapi juga mendukung transfer ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan industri energi terbarukan dalam negeri, serta mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi delapan persen. . meningkatkan investasi pada infrastruktur energi ramah lingkungan.
Memorandum Kebijakan Transisi Energi IESR Indonesia memuat lima rekomendasi utama, yaitu pertama, menegaskan komitmen politik yang kuat terhadap transisi energi. Kedua, mencapai swasembada energi melalui energi terbarukan. Ketiga, mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang memanfaatkan momentum transisi energi. Keempat, meningkatkan peran dan kontribusi berbagai aktor dalam transisi energi. Kelima, memperkuat kepemimpinan Indonesia dalam kerja sama Selatan-Selatan untuk mendukung agenda transisi energi.