geosurvey.co.id – Delegasi tingkat tinggi Korea Selatan akan menyampaikan laporan pengerahan pasukan Korea Utara di Rusia kepada Dewan Atlantik Utara pada Senin (28/10/2024), menurut laporan Reuters.
Dewan Atlantik Utara (NAC) adalah badan pengambil keputusan politik utama di Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO).
“Duta Besar dari mitra NATO di Indo-Pasifik, termasuk Australia, Jepang, Selandia Baru dan Republik Korea, diundang untuk hadir,” kata NATO pada hari Minggu.
Sebelumnya pada Kamis (24/10/2024), intelijen militer Ukraina melaporkan sekitar 12.000 tentara Korea Utara, termasuk 500 perwira dan tiga jenderal, sudah berada di Rusia.
Selain itu, pelatihan dilakukan di lima pangkalan militer.
Dalam pidatonya di hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin tak menampik kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia.
Namun, kata dia, tugas Rusia adalah bagaimana mengimplementasikan perjanjian dengan Korea Utara yang memuat klausul pertahanan bersama untuk saling membantu melawan agresi eksternal. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menghadiri debat program penelitian “Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia 1945-1950” di DPR di Den Haag pada 14 Juni 2023. Pada Februari tahun ini, Rutte meminta maaf atas “kekerasan ekstrem” selama kejadian tersebut. Perjuangan kemerdekaan di bekas jajahan Belanda di Hindia Timur. (Lex van LIESHOUT/ANP/AFP) Pemimpin NATO: Mengirim pasukan Korea Utara ke Ukraina Perang akan meningkatkan konflik
Jika Korea Utara mengirim pasukan ke Ukraina untuk berperang atas nama Rusia, hal itu akan meningkatkan konflik secara signifikan, kata Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di platform media sosial X, Senin (21/10/2024).
Rutte, yang menjabat di NATO awal bulan ini, mengatakan dia berdiskusi dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengenai kemitraan NATO yang lebih erat dengan Seoul, dengan fokus pada kerja sama lintas batas industri pertahanan dan keamanan di Euro-Atlantik dan Indo -Wilayah Eropa. – Samudera Pasifik. Kekhawatiran Korea Selatan atas penempatan pasukan Korea Utara di Rusia
Berita bahwa Korea Utara mengirim ribuan tentara untuk berperang bersama Rusia telah membuat khawatir Ukraina, Amerika Serikat, dan Eropa.
Namun, berita ini memiliki arti khusus di Korea Selatan, karena Korea Utara adalah musuh sekaligus tetangganya.
Menurut analisis The Guardian, konflik yang awalnya terjadi di Eropa kini bisa berubah menjadi konflik di Asia.
Hubungan Korea Utara dengan Rusia diyakini dapat memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea dan mempengaruhi stabilitas kawasan perbatasan Korea.
Perang di Ukraina juga diawasi dengan ketat di Seoul.
“Pengerahan pasukan Korea Utara menandakan bahwa perang di Ukraina bukan lagi konflik dengan Korea Selatan,” tulis Korea Times dalam editorialnya.
“Pengerahan pasukan secara besar-besaran menunjukkan bahwa hubungan Rusia-Korea Utara mengalami kemajuan lebih dari sekadar pasokan senjata, peluru, dan rudal jarak pendek hingga ke tingkat aliansi darah,” tulis Korea Herald.
Korea Selatan khawatir keterlibatan Korea Utara dalam konflik Ukraina dapat berdampak buruk pada perbatasan mereka, dimana ketegangan sudah meningkat.
Korea Selatan telah menyatakan “keprihatinan serius” setelah Rusia mulai meratifikasi perjanjian pertahanan dengan Korea Utara.
Seoul kembali menyerukan Rusia untuk mengakhiri kerja sama dengan Korea Utara.
Di bawah presiden konservatifnya, Yun Suk-yeol, Korea Selatan mendukung sanksi yang dipimpin AS terhadap Rusia.
Korea Selatan juga memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan non-senjata lainnya ke Ukraina.
Pekan lalu, media melaporkan bahwa Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk mengirim pejabat ke Ukraina untuk melakukan pengintaian di medan perang Korea Utara.
Korea Selatan juga bersedia ikut serta dalam interogasi terhadap pasukan Korea Utara yang ditangkap.
(geosurvey.co.id, Tiara Shelavie)