geosurvey.co.id, JAKARTA – Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Angkut, dan Elektronika (Dijon Ilmet) Kementerian Perindustrian (Kamen Perin) berupaya mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan kemampuan penyediaan logam tersebut. industri. sektor, khususnya struktur baja prefabrikasi.
Direktur Industri Logam Ditjen ILMATE Rizki Aditya Vijaya menjelaskan, industri logam dasar menunjukkan pertumbuhan positif sejak tahun 2019, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat pada triwulan III tahun 2022 mencapai 20,16 persen.
Persentase tersebut setara dengan 3,5 kali lipat pertumbuhan ekonomi negara yang mencapai 5,73% pada periode yang sama.
Pada tahun 2024, meski dengan tantangan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II akan tetap stabil di angka 5,05% (year-on-year). Berbicara pada Focused Group Discussion (FGD) ‘Identifikasi Permintaan Pasokan Produk Baja Struktural Prefabrikasi’ di Novotel, Rizkey mengatakan, “Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja sektor industri pengolahan, khususnya industri logam dasar yang tumbuh sebesar 18,07 %. Bandung, Kamis (31/10/2024).
Rizki menambahkan, transformasi ekonomi menuju Visi Indonesia Maju 2045 menempatkan produktivitas sebagai fokus utama kebijakan pemerintah.
Dalam konteks ini, percepatan pembangunan infrastruktur memerlukan dukungan konstruksi yang andal, termasuk ketersediaan produk baja berkualitas.
Baja struktur prefabrikasi merupakan komponen penting untuk memenuhi kebutuhan konstruksi di berbagai sektor antara lain infrastruktur, perumahan dan industri. Penggunaan baja prefabrikasi meningkatkan efisiensi waktu, akurasi dan daya tahan konstruksi. Rizki melanjutkan, Oleh karena itu, industri baja struktur prefabrikasi harus terus berupaya meningkatkan kapasitasnya.
Rizki meyakinkan Kemenperin berkomitmen mendukung pengembangan industri logam nasional, baik di sektor hulu maupun hilir.
Di sisi hilir, Rizki menjelaskan pihaknya akan mendorong kemandirian industri dalam negeri dengan meningkatkan standar mutu dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) baja struktur prefabrikasi yang akan siap pada tahun 2025.
“FGD ini diharapkan dapat menjadi wadah komunikasi untuk mengkaji potensi pasar dalam negeri, tantangan yang dihadapi produsen dan pengguna, serta menyusun peta jalan peningkatan kapasitas produksi nasional. Rizki menyimpulkan: “Dengan sinergi yang kuat antara produsen dan sektor pengguna, kita dapat memperkuat posisi Indonesia di industri baja struktural.”
Presiden Asosiasi Rumah Modular Indonesia (ARMI), Nicholas Kesuma pun menyambut baik upaya Kementerian Perindustrian dan Direktorat Jenderal ILMATE.
Ditegaskannya, baja ringan untuk rumah modular memiliki struktur yang kuat dan ringan sehingga sangat cocok untuk dikembangkan menuju Indonesia Emas 2045.
Diperkirakan jumlah perumahan di Indonesia berkisar antara 7 hingga 11 juta unit yang mencakup berbagai jenis kebutuhan. “Pada saat yang sama, impor produk baja prefabrikasi meningkat tajam dari 1.609 ton pada tahun 2022 menjadi 121.969 ton pada tahun 2023, mencerminkan kuatnya permintaan dalam negeri,” kata Nicholas.
Nicholas menjelaskan ARMI merupakan wadah perusahaan baja dan material lainnya yang menyediakan desain, material baja, dan metode konstruksi modular.
Saat ini keempat perusahaan anggota ARMI tersebut memiliki total kapasitas produksi sebesar 136.520 ton per tahun.
“Untuk mendukung konsumen, kami sangat mengapresiasi upaya Ditjen ILMATE dalam mendorong kemandirian industri melalui penerapan SNI. Dengan begitu, produk dalam negeri bisa bersaing dan memajukan perekonomian nasional,” kata Nicholas.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Kemenperin gelar FGD identifikasi kebutuhan dan pasokan struktur baja prefabrikasi.