geosurvey.co.id, JAKARTA – Pemerintah Indonesia akan mendorong Indonesia mencapai net zero emisi pada tahun 2060.
Presiden Pravo Subianto optimistis target tersebut bisa tercapai sebelum tahun 2050.
Namun hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena banyak tantangan yang harus dihadapi dan potensi bahaya yang harus diperhatikan, seperti bahaya kebakaran pada kendaraan listrik yang sulit dipadamkan dengan APAR biasa.
Dalam diskusi bersama bertajuk “Revolusi”, Chief Executive Officer PT FAST Willie Hadwidza mengatakan, “Risiko serius yang dihadapi setiap industri mobil listrik di dunia saat ini hampir sama, yaitu banyak terjadi kecelakaan kebakaran serius di mana-mana.” Keamanan Kendaraan Listrik di Indonesia: Solusi Terobosan dengan Inovasi” Jakarta, Senin, November 2024.
Menurut dia, hal ini disebabkan oleh berat termal baterai litium yang memiliki sifat berbeda dengan api biasa dan sangat tidak mungkin dipadamkan dengan alat pemadam kebakaran konvensional.
Misalnya saja kebakaran mobil listrik Mercedes-Benz di Korea Selatan yang terjadi baru-baru ini.
Ia mengatakan, “Lapangan parkir di basement ludes terbakar hingga menjadi abu sehingga menyebabkan kerusakan parah sebanyak 142 unit. Kami tidak ingin hal ini terjadi di Indonesia.”
Wiley mengatakan alat pemadam api litium merupakan alat pemadam api ringan (APAR) generasi pertama di dunia yang dikhususkan untuk EV atau kendaraan listrik dengan baterai litium.
“Nama pendiri kami adalah Randall Hartolaksono. Bapak Fani Habibie belajar di Inggris dan diundang ke Indonesia oleh Bapak Fani Habibie sekitar tahun 1962 dan kemudian diperkenalkan kepadanya oleh Presiden Soeharto.
Atas dorongan Pak Harto, Randal mendirikan PT Hartindo Chemicatama Industri, sebuah perusahaan manufaktur bahan kimia pemadam kebakaran pada tahun 1994. Hingga saat ini, kami dapat memastikan bahwa kami adalah satu-satunya produsen di Asia Tenggara yang memproduksi bahan kimia tersebut.
Dia menjelaskan, Hartindo tidak pernah memasarkan produknya di pasar ritel sejak awal berdirinya, melainkan memasok bahan kimianya ke perusahaan pemerintah dan militer.
Secara khusus, APAR telah ditemukan sejak tahun 2013 untuk kasus kebakaran yang melibatkan baterai litium.
Wiley mengatakan Randall adalah ilmuwan yang perfeksionis dan mencoba menguji hasilnya di lembaga pengujian dan sertifikasi global, termasuk Departemen Transportasi AS.
Ia juga berusaha memastikan bahwa penemuannya tidak hanya mampu memadamkan kebakaran baterai litium, namun juga tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Wiley menambahkan: “Dia dengan hati-hati merancangnya untuk mendapatkan sertifikasi UL Green Guard agar dapat dianggap sebagai produk ramah lingkungan.
Direktur Teknik PT FAST Frankie Afandi mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar, yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik yang paling banyak digunakan di dunia.
Oleh karena itu, dengan komitmen serius pemerintah dalam mengembangkan EV, Indonesia akan memiliki kualitas udara yang bersih.
Gabungan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Tenggono Chuandra Foa mengatakan Periklindo saat ini sedang fokus pada pengembangan baterai EV.
“Kami tidak berada di bidang teknologi mobil hybrid. Kami dan Dirut Periclindo baru saja kembali dari China untuk menghadiri konferensi zero carbon. Dunia sedang membicarakan zero carbon. Jadi Indonesia harus ke sana untuk menjaga lingkungan yang ramah lingkungan. , “katanya.
Makanya baterai EV coba kita promosikan. Baterai EV kita perjuangkan agar kualitas udara Jakarta bersih dan tidak ada polusi lagi, ujarnya.