geosurvey.co.id – Makam ayah presiden Suriah, Bashar al-Assad, Hafez, di rumahnya di Qardaha, dibakar oleh pemberontak.
Pembakaran dilakukan pemberontak setelah rezim Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia setelah digulingkan oleh kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin Abu Mohammad al-Julani.
Rekaman video yang diunggah AFP menunjukkan beberapa bagian mausoleum dan peti mati indah telah dirusak dan dibakar.
Sebelumnya, tampilan makam Hafez terlihat mewah dengan desain arsitektur berhiaskan permata yang diukir pada batunya.
Hafez Al Assad sendiri merupakan presiden pertama negara yang melakukan kudeta pada tahun 1970.
Namun pada tahun 2000, Hafez dikabarkan meninggal karena serangan jantung dan akhirnya pemerintahan Suriah diserahkan kepada putranya, Bashar al-Assad.
Namun, pada masa pemerintahannya, pemerintahan Assad dipandang represif, dan pasukannya sering menyerang lawan politiknya.
Ia juga diyakini telah melakukan serangan kimia terhadap puluhan warga sipil Suriah.
Alasan inilah yang mendorong para pemberontak untuk bersatu menggulingkan rezim Assad yang telah berkuasa lebih dari 50 tahun. Rumah mewah Assad dijarah
Tak hanya makam ayah Assad yang dihancurkan, pemberontak Suriah juga menyerang dan menjarah rumah mewah Presiden Assad.
Pemberontak dan warga sipil menjarah rumah mewah Presiden Bashar Al Assad di Damaskus, Minggu (8/12/2024).
Gambar dari Associated Press menunjukkan rumah Assad yang bobrok. Lemari dan rak buku kosong, dan gambar serta barang-barang pribadi lainnya berserakan di lantai.
Sementara itu, gambar yang beredar di internet memperlihatkan seorang pria berusaha mengambil lampu tersebut, sementara warga lainnya melihat sekeliling ruangan.
Pada gambar lainnya, sekelompok orang berdiri dengan senyuman dan sikap damai di tempat tinggal Assad.
Setelah penggerebekan, pemberontak membiarkan ruangan-ruangan di rumah kosong, kecuali beberapa perabotan dan gambar Assad dilemparkan ke lantai, sementara aula masuk istana presiden dibakar. Assad melarikan diri ke Rusia
Setelah kejatuhannya, Assad dan keluarganya dilaporkan melarikan diri ke Rusia.
Hal tersebut dibenarkan langsung oleh seseorang di Kremlin, TASS, yang menjelaskan bahwa Assad dan keluarganya menerima suaka di ibu kota Rusia, Moskow.
“Assad dan keluarganya telah tiba di Moskow. Rusia, karena alasan kemanusiaan, (kami) memberi mereka suaka,” kata sumber kantor berita tersebut, seperti dilansir Sky News.
Pilihan Assad untuk melarikan diri ke Rusia bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab, Suriah memiliki hubungan baik dengan Rusia.
Sejak 2011, Moskow telah memberikan dukungan kepada Assad – baik militer maupun politik.
Bahkan selama perang saudara, pasukan Putin diketahui terlibat dalam menjatuhkan bom di jalan-jalan Suriah untuk mencegah pertempuran di wilayah tersebut.
Banyak yang mengatakan bahwa dukungan Putin terhadap Assad dan Suriah membantu memperkuat kehadiran Rusia di Timur Tengah, dan membangun hubungan dengan banyak negara – terutama Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab.
Presiden Assad kemudian memanfaatkan hubungan ini untuk mencari perlindungan dari para pemberontak.
(geosurvey.co.id/Namira Yunia)