geosurvey.co.id – Seorang anggota senior Kongres Partai Republik AS mengomentari laporan bahwa Rusia menerima bantuan dari pasukan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina.
Menurut perwakilannya. Mike Turner, jika pasukan Korea Utara memutuskan untuk berperang di Ukraina, AS harus mempertimbangkan mengambil langkah-langkah untuk membantu mereka.
Turner juga menekankan bahwa pengiriman pasukan Korea Utara ke medan perang melanggar aturan.
“Pemerintahan Biden-Harris harus menjelaskan bahwa masuknya pasukan Korea Utara ke dalam konflik ini adalah garis merah bagi Amerika Serikat,” kata Turner dalam sebuah pernyataan.
Anggota parlemen dari Partai Republik juga meminta Gedung Putih untuk mengizinkan amunisi AS digunakan di Ukraina.
“Jika pasukan Korea Utara menyerang Ukraina dari wilayah Rusia, Ukraina harus diizinkan menggunakan senjata AS untuk membalas,” tulis Turner.
Pengumuman Turner disampaikan tak lama setelah Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengkonfirmasi kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia.
Tak hanya itu, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby juga mengatakan terdapat sekitar 3.000 tentara Korea Utara di Rusia.
Gedung Putih prihatin dengan penempatan pasukan Korea Utara di Rusia.
“Prospek mereka mencapai garis depan bersama pasukan Rusia sangat mengkhawatirkan,” kata Kirby.
Namun, pasukan Ukraina akan menargetkan pasukan Korea Utara yang dikerahkan oleh Rusia, kata Kirby.
“Jika mereka benar-benar dikerahkan untuk melawan Ukraina, itu adalah target sebenarnya,” kata Kirby kepada wartawan.
Menurut Kirby, hal itu merupakan bentuk pertahanan diri yang dilakukan tentara Ukraina.
“Militer Ukraina akan mempertahankan diri melawan pasukan Korea Utara sama seperti mereka mempertahankan diri melawan pasukan Rusia,” kata Kirby.
Kepala intelijen militer Ukraina Kyrylo Budanov sebelumnya mengatakan gelombang pertama pasukan Korea Utara akan tiba di wilayah Kursk di barat daya Rusia pada Rabu (23 Oktober 2024).
“Kami memperkirakan unit pertama akan dikirim ke arah Kursk besok (23 Oktober 2024),” kata Budanov, namun tidak menyebutkan berapa banyak pasukan yang akan dikerahkannya, Kyiv Independent melaporkan.
Menurut dia, jumlah tentara yang dikerahkan akan diketahui beberapa hari setelah pasukan Korea Utara tiba di Rusia.
“Kita lihat saja dalam beberapa hari,” tambahnya. Putin tak membantah kabar kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin ketika ditanya mengenai kehadiran pasukan Korea Utara di wilayahnya, sepertinya tidak menyangkal atau membenarkan kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia.
“Gambar adalah hal yang serius. Jika ada gambar, maka itu mencerminkan sesuatu,” kata Putin.
Belakangan, V. Putin membahas perjanjian pertahanan antara Rusia dan Korea Utara, yang diratifikasi oleh parlemen Rusia pada 24 Oktober.
“Untuk hubungan dengan Korea Utara, perjanjian tersebut telah diratifikasi hari ini. Ada pasal 4 dalam perjanjian tersebut. Kami tidak pernah ragu bahwa para pemimpin Korea Utara serius dengan perjanjian tersebut,” tegasnya.
Artikel ini menggambarkan kesediaan suatu negara untuk diserang oleh negara lain.
Pasal tersebut menyatakan bahwa negara harus siap memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya. Korea Utara membantah mengirim pasukan
Korea Utara membantah informasi dari badan intelijen Ukraina dan AS sebelum pengumuman Putin.
Menurut Pyongyang, rumor tersebut tidak berdasar.
Laporan bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan untuk berperang bersama Rusia melawan Ukraina adalah “rumor yang tidak berdasar,” kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan pada tanggal 22 Oktober, mengutip pernyataan utusan Korea Utara untuk PBB.
Baru-baru ini, Pyongyang dan Moskow telah memperdalam kerja sama militer mereka.
Kerja sama tersebut semakin erat ketika Vladimir Putin dan Kim Jong Un menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada bulan Juni.
Perjanjian tersebut berisi janji rahasia bahwa Korea Utara akan mengirimkan pasukan untuk mendukung Rusia melawan Ukraina.
(geosurvey.co.id/Farrah Putri)
Artikel lain terkait konflik Kongres AS, Korea Utara, Rusia dan Ukraina