Laporan Koresponden geosurvey.co.id Dennis Destryawan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyoroti pentingnya dana eksplorasi untuk mencapai swasembada energi.
Arcandra mengatakan, saat masih menjabat, Kementerian ESDM telah melakukan lelang dan perluasan 30 blok migas.
Dalam skema total split yang berlaku saat ini, setiap pemenang lelang wajib menyediakan dana cek yang disebut Komitmen Kerja Pasti.
Besaran dana Ikrar Kerja Pasti ini berbeda-beda pada setiap pemegang blok karena bergantung pada bonus penandatanganan yang diberikan oleh pemenang lelang.
Untuk blok-blok yang diperluas dan dijual, pada saat itu dihimpun pembiayaan jaminan pekerjaan tetap sekitar US$2,7 miliar dengan jangka waktu 5 tahun. Kalau uangnya tidak digunakan untuk penelitian, maka itu milik pemerintah.
“Biaya eksplorasi diperlukan untuk memastikan pemenang lelang blok migas segera melakukan penelitian, sehingga Indonesia dapat yakin akan produksi dan cadangan migas di masa depan,” kata Arcandra di Jakarta, Rabu (30/10). /2024).
Sebelum berlakunya ketentuan ini, menurut Arcandra, dana eksplorasi migas yang diberikan pemerintah hanya sekitar US$5 juta per tahun.
“Itu tidak cukup,” katanya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan kemandirian energi dalam negeri, perlu terus ditingkatkan eksplorasi dan produksi minyak bumi. Selain penurunan produksi minyak, produksi gas bumi dalam negeri juga tidak meningkat.
Bahkan, kata Arcandra, dengan permintaan gas global, khususnya LNG, yang terus meningkat, maka pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kekurangan pasokan sekitar 70 mmtpa (juta metrik ton per tahun).
“Kalau produksi LNG dari blok Masela sekitar 9,5 mmpta, maka kekurangan pasokan LNG global pada tahun 2030 akan sekitar 7 kali lipat produksi Masela. Jadi kita akan terus sangat bergantung pada energi fosil. Jangan sampai ada yang pernyataan. bahwa Anda akan menjadi titik balik industri energi fosil, itu berbahaya dan tidak benar,” katanya.
Secara nasional, kata Arcandra, konsumsi batu bara dalam negeri berkisar 140-150 juta ton per tahun. Produksi batubara Indonesia terutama diekspor ke beberapa negara pengguna PLTU terbesar di dunia.
Seperti Tiongkok, India, dan Vietnam. Faktanya, Indonesia saat ini merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia, dengan jumlah 500-600 juta ton per tahun, melampaui ekspor batu bara Australia yang sekitar 200 juta ton per tahun.
Menurut Arcandra, dengan jumlah penduduk sebesar 280 juta jiwa, kebutuhan energi Indonesia di masa depan akan terus meningkat. Pada saat yang sama, pasokan energi dalam negeri masih sangat bergantung pada impor.
Selain minyak bumi yang mengkonsumsi 1,4 juta barel per hari, Indonesia kini mengimpor sekitar 1 juta barel per hari dalam bentuk minyak mentah dan bahan bakar. Impor minyak dalam jumlah besar terjadi akibat produksi dalam negeri yang terus menurun.