geosurvey.co.id – Pejabat Gedung Putih mengancam akan memutus pasokan senjata ke Israel jika negara Zionis tidak memperbaiki situasi kemanusiaan yang semakin mengkhawatirkan di Gaza.
Himbauan tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam surat yang dikirimkan ke Israel.
Dalam keterangan tertulisnya, AS mendesak Israel memastikan tingkat bantuan yang masuk ke Gaza kembali naik dari level yang sangat rendah dalam waktu 30 hari atau sekitar seminggu setelah pemilu presiden AS 2024.
Tak berhenti sampai disitu, AS juga mendesak Israel untuk mengizinkan setidaknya 350 truk bantuan masuk ke Gaza setiap harinya.
“Kami merasa ini saatnya menjelaskan kepada pemerintah Israel bahwa ada perubahan yang perlu mereka lakukan lagi untuk memastikan tingkat bantuan yang masuk ke Gaza meningkat lagi,” kata Miller seperti dikutip BBC International.
Selain itu, AS juga meminta Israel membuka penyeberangan kelima ke Gaza dan mencabut mandat bagi Palestina ketika tidak ada keperluan operasional.
Surat tersebut meminta Israel menyiapkan tempat yang lebih nyaman dan aman bagi para pengungsi menjelang musim dingin mendekat dan menghentikan penggusuran paksa warga Gaza dari utara ke selatan.
Ingatlah bahwa selama ini masyarakat Gaza kerap berpindah dari selatan ke utara, dari utara ke selatan, untuk menghindari bombardir Israel.
“Kami berharap Israel melakukan perubahan yang telah kami garis besarkan dan usulkan, dan sebagai akibat dari perubahan tersebut akan terjadi peningkatan bantuan kemanusiaan yang drastis,” jelas Miller kepada awak media, seperti dilansir Times Of Israel.
“Untuk membalikkan kemunduran umat manusia dan konsisten dengan jaminannya kepada kita, Israel harus – antara sekarang dan dalam waktu 30 hari – mengambil tindakan nyata berikut ini,” tambah Miller.
Israel sejauh ini belum memberikan tanggapan apa pun terhadap tuntutan pemerintah AS, namun Gedung Putih menekankan bahwa jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, Israel akan menghadapi konsekuensi “politik”. AS dianggap bermuka dua
Keputusan AS untuk menerapkan embargo senjata terhadap Israel telah memicu perdebatan.
Para analis menyebut AS bermuka dua karena AS sejauh ini merupakan donor terbesar bagi militer Israel dengan kontribusi tahunan sebesar US$3,8 juta.
Menurut Institut Perdamaian Stockholm, AS menyediakan 69 impor senjata bagi Israel.
Namun, laporan rahasia baru-baru ini kepada Kongres AS, yang dilaporkan oleh Washington Post, menunjukkan bahwa jumlah tersebut mungkin tidak lengkap.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan tindakan Amerika tidak sejalan dengan upaya Washington untuk menekan Israel agar meminimalkan korban sipil di Gaza jika Amerika tetap menjadi pendukung utama senjata Israel. Sekretaris Jenderal PBB: Kondisi di Gaza sangat tidak menguntungkan
Konflik antara Hamas dan Israel yang tidak pernah terselesaikan, mengakibatkan kurangnya tempat untuk menampung pengungsi di Gaza.
Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan hampir setengah juta warga Palestina di Jalur Gaza mengalami kelaparan karena jumlah makanan yang masuk ke wilayah tersebut sangat tidak mencukupi.
Israel bersikukuh bahwa blokade tersebut dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas, namun karena tindakan memblokir akses terhadap pangan, kini jutaan warga Palestina tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan baik.
Akibatnya, 20 anak dan bayi di Gaza dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di RS Kamal Adwan dan Syifa di wilayah utara.
“Enam bayi meninggal di RS Kamal Adwan dan Komplek Medis Al Shifa di Jalur Gaza bagian utara, empat bayi meninggal di RS Kamal Adwan, sedangkan tujuh bayi lainnya masih dalam kondisi kritis akibat gizi buruk dan akibat gizi buruk,” kata juru bicara RS Kamal Adwan. Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra;
(geosurvey.co.id/ Namira Yunia)