geosurvey.co.id, JAKARTA – Belakangan ini media sosial diramaikan dengan slogan-slogan seperti “nikah itu menakutkan” atau “nikah itu menakutkan”. Hal ini sebagai respons terhadap meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia.
Psikolog klinis Nirmala Ika Kusumaningrum M.Psi pun turut mengomentari fenomena tersebut. Menurutnya, munculnya fenomena tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa alasan.
Menurutnya, fenomena “nikah itu menakutkan” muncul karena masyarakat mulai memahami bahwa pernikahan bukanlah keputusan yang mudah. Masyarakat juga mulai berpikir untuk memprioritaskan pencapaian rencana atau tujuan masa depan.
“Akhirnya masyarakat mulai memahami bahwa pernikahan itu tidak sesederhana itu. Apalagi seiring berjalannya waktu. Masyarakat (juga) semakin mulai mengejar impiannya,” ujarnya menanggapi pemberitaan Tribunnews, Senin (18/11). /2024).
Di sisi lain, ketakutan masyarakat muncul karena media sosial banyak menampilkan hal-hal kurang menyenangkan seputar pernikahan. Akibatnya, banyak orang mulai menghindari pernikahan.
Selain itu, masyarakat juga mulai memahami bahwa pernikahan sebaiknya dilakukan di usia yang matang. Lebih lanjut, Nirmala menunjukkan bahwa tren tersebut tidak selalu mengarah ke arah negatif.
Menurut Nirmala, ada sisi positif dari fenomena ini: “pernikahan itu menakutkan.” “Ketika orang memutuskan (menikah) di usia yang lebih dewasa dan matang. Jadi pernikahan ini bukan sekadar karena harus “menikah”. “Tapi mereka sangat ingin berkolaborasi dan tumbuh bersama,” kata Nirmala.
Pernikahan yang direncanakan dengan matang akan jauh lebih baik dibandingkan pernikahan karena tekanan orang tua atau faktor usia.
“Jika orang tua memberi tahu kita bahwa ada tekanan di sekitar kita untuk menikah, kita mungkin (saat itu) merasa belum menemukan pasangan yang tepat. Atau mitra yang memenuhi kebutuhan atau kondisi kita,” imbuhnya. . .
Hubungan yang buruk pada suatu pasangan berpotensi menimbulkan masalah lain dalam keluarga. Sebab konflik dan kekerasan mudah muncul. Keadaan ini tentunya mempengaruhi tumbuh kembang anak di rumah.
“Misalnya (rumah tangga) kita tidak berfungsi dengan baik, penuh konflik, anak-anak kita akan melihatnya. Anak-anak sudah terbiasa dengan konflik. Jadi kalau dilihat dari sisi psikologis (nikah itu menakutkan) sebenarnya bukan masalah, mungkin bagus,” tutupnya.