geosurvey.co.id – Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu dari sekian negara yang masih menolak mengakui keberadaan negara Palestina.
Sikap yang diambil Korea Selatan sangat bertolak belakang dengan negara tetangganya, Korea Utara (Korut) yang telah mengakui Palestina sejak tahun 1988.
Di benua Asia, Korea Selatan tidak sendirian karena Jepang, Myanmar, dan Singapura juga mengambil sikap serupa.
Namun pada Mei lalu, mantan duta besar Korea Selatan untuk Israel, Ma Young-sam, mengatakan sudah saatnya Korea Selatan mempertimbangkan untuk mengakui Palestina.
“Saya pikir sudah waktunya bagi pemerintah saya untuk lebih memperhatikan masalah ini,” kata Ma seperti dikutip UPI.
Pernyataan Ma disampaikan saat ditanya apakah negaranya akan mengakui Palestina setelah Irlandia, Spanyol, dan Norwegia memutuskan untuk mengakuinya.
Lalu, pertanyaan besarnya mengapa Korea Selatan hingga saat ini belum mengakui Palestina?
Menurut Adel Abdel Ghafar, pakar di Dewan Timur Tengah, Korea Selatan mengambil pendekatan ekstra hati-hati terhadap konflik antara Israel dan Palestina.
Korea Selatan memang memperkuat hubungan dengan Israel, namun di saat yang sama juga mendukung solusi dua negara dan banyak memberikan bantuan kemanusiaan kepada Palestina.
Buktinya Korea Selatan mendukung resolusi Majelis Umum PBB nomor 43/177 pada akhir tahun 1980-an. Resolusi tersebut mengakui deklarasi Negara Palestina oleh Dewan Nasional Palestina.
Namun Korea Selatan menolak seruan untuk mengakui negara Palestina. Namun, Korea Selatan membuka kantor perwakilan di Ramallah, Tepi Barat pada tahun 2014.
Korea Selatan diduga melakukan hal tersebut karena berdampak pada hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu dekatnya.
Sejak Perang Dunia II dan Perang Korea, aliansi Korea Selatan dengan AS menjadi sangat penting dalam bidang keamanan kedua negara.
Amerika Serikat yang juga merupakan sekutu terdekat Israel menegaskan bahwa setiap perubahan status Palestina harus melalui perundingan langsung antara Israel dan Palestina.
Korea Selatan juga setuju dengan pandangan AS. Selain itu, Korea Selatan juga telah menjalin hubungan dekat dengan negara Zionis di bidang teknologi dan keamanan selama dua puluh tahun terakhir.
Sementara itu, pelajar di Korea Selatan semakin banyak mengkritik perang Israel di Jalur Gaza. Banyak mahasiswa yang memprotes Israel.
Juni lalu, Korea Selatan memberikan suara untuk mendukung resolusi PBB tentang masuknya Palestina ke dalam anggota penuh PBB. tingkat kontras dengan Korea Utara
Korea Utara, yang berbatasan dengan Korea Selatan, telah memilih jalan yang sangat berbeda dibandingkan negara tetangganya.
Hingga saat ini, Korea Utara menolak mengakui Israel dan lebih memilih mengakui Palestina sejak tahun 1988.
Bisa dibilang Korea Utara sangat membenci Israel. Bahkan, negara pimpinan Kim Jong Un itu menganggap Israel sebagai negara pendudukan di Timur Tengah.
Menulis di situs Washington Institute, jurnalis Jay Solomon mengatakan bahwa Korea Utara dan Israel telah terlibat dalam konflik kecil dan permainan mata-mata selama lebih dari lima dekade.
Bagi Israel, Korea Utara merupakan ancaman nyata meski negara Asia Timur itu berjarak sekitar 5.000 mil dari Israel.
Korea Utara diduga berulang kali mengirimkan teknologi nuklir dan rudal ke beberapa musuh bebuyutan Israel di Asia Barat.
Dalam benak Korea Utara, perlawanan terhadap Israel pada tahun 1960an penting untuk melawan kolonialisme Barat dan pemerintah yang didukung AS.
Kim Il Sung, bapak pendiri Korea Utara, sangat mendukung perjuangan rakyat Palestina. Kim bahkan mendanai dan melatih milisi untuk melawan Israel pada tahun 1970an.
Cucu Kim Il Sung, Kim Jong Un, yang saat ini menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara, juga melakukan hal serupa.
NK News melaporkan bahwa pada November 2023, Kim meminta para pejabatnya untuk memberikan “bantuan penuh” kepada Palestina.
“Badan Intelijen Korea Selatan telah menerima data intelijen yang menunjukkan bahwa Kim Jong Un telah memerintahkan para pejabatnya untuk mencari cara memberikan bantuan penuh kepada Palestina,” kata Yu Sang-beom, anggota Komite Badan Intelijen Korea Selatan.
“Karena Korea Utara sebelumnya telah mengekspor barang-barang seperti roket ke Hamas dan Hizbullah, ada kemungkinan mereka akan menjual senjata ke negara ketiga.”
(Berita Tribune/Februari)