geosurvey.co.id – Amerika Serikat (AS) menolak keras laporan komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebutkan Israel melakukan genosida dan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza.
Melalui juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel, pemerintah AS mengecam Komite Khusus PBB tentang Laporan Genosida Israel Terhadap Warga Palestina di Gaza.
“Laporan tersebut adalah sesuatu yang sangat tidak kami setujui,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel, seperti dilansir The Times of Israel.
“Ini adalah sesuatu yang sangat tidak kami setujui. Kami yakin ungkapan dan tuduhan seperti itu jelas tidak berdasar karena berkaitan dengan situasi kemanusiaan,” tambahnya.
Selain mengecam tuduhan genosida, Amerika Serikat juga menyampaikan laporan Human Rights Watch yang menyebut Israel melakukan pemukiman kembali secara paksa terhadap warga Gaza sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Menurut Patel, Israel sejauh ini telah mengambil langkah-langkah untuk menanggapi permintaan AS untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Israel secara konsisten mewajibkan warga sipil untuk mengevakuasi daerah tertentu sebelum melancarkan operasi militer.
“Meminta warga sipil untuk mengevakuasi daerah tertentu jika mereka melakukan operasi militer tertentu dan kemudian dapat pulang adalah hal yang sangat konsisten dan dapat diterima,” kata Patel.
“Kami belum melihat relokasi paksa secara spesifik,” tegasnya. PBB: Tindakan Israel di Gaza dikategorikan sebagai genosida
Sebelum AS mengecamnya, Komite Khusus PBB melakukan penyelidikan terhadap praktik Israel yang menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan, yang mengakibatkan “banyaknya korban sipil dan kondisi yang mengancam jiwa” bagi warga Palestina.
Laporan tersebut mengatakan bahwa sejak dimulainya perang, para pejabat Israel secara terbuka mendukung kebijakan yang merampas kebutuhan dasar warga Palestina seperti makanan, air dan bahan bakar serta mengancam kelangsungan hidup mereka.
“Sejak awal konflik, para pejabat Israel secara terbuka mendukung kebijakan yang menghilangkan kebutuhan dasar kelangsungan hidup warga Palestina – seperti makanan, air dan bahan bakar,” kata komite tersebut.
Tak hanya itu, Israel juga dilaporkan secara sistematis memblokir bantuan kemanusiaan guna menggunakan pasokan penting untuk tujuan politik dan militer.
PBB juga menangkap basah Israel menggunakan sistem penargetan kecerdasan buatan yang canggih dalam operasi militer Israel, yang menyebabkan lonjakan korban sipil, khususnya di kalangan perempuan dan anak-anak.
“Penggunaan penargetan berbasis AI oleh militer Israel dengan kontrol manusia yang minimal dan penggunaan bom berat menunjukkan kurangnya rasa hormat Israel terhadap kewajibannya untuk membedakan antara warga sipil dan kombatan,” kata panel PBB.
Penemuan fakta tersebut mendorong Human Rights Watch (HRW) meminta Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut di Israel.
Seperti halnya pemerintah Israel yang bertanggung jawab atas pengungsian dan krisis kemanusiaan. AS siap membela Israel
Meski banyak negara mengecam tindakan genosida yang dilakukan Israel, namun pemerintah AS berkomitmen kuat untuk melindungi Tel Aviv dari ancaman musuh.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin saat berbicara dengan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant.
Dalam kesempatan tersebut, Amerika Serikat menegaskan bahwa negaranya siap melindungi personel dan mitra Israel di seluruh kawasan dari ancaman Iran dan kelompok proksi yang didukung Iran.
Ini bukan kali pertama Amerika memberikan dukungan seperti itu. Selama puluhan tahun, Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai pendukung utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Untuk mendukung pertahanan Israel, Negeri Paman Sam setiap tahunnya menyumbangkan bantuan militer sebesar US$3,8 miliar atau setara Rp60,27 triliun.
Meskipun ketegangan antara Hamas dan Israel terus berlanjut, Amerika Serikat terus memasok Tel Aviv dengan 21.000 butir peluru artileri 155mm.
Serta ribuan amunisi penghancur bunker dan 200 drone kamikaze, serta bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies senilai $320 juta atau setara Rp5 triliun.
Kedekatan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Israel membuat Washington bersedia mengirimkan Spice Family Gliding Bomb Assemblies senilai $320 juta atau setara Rp5 triliun ke Israel.
Kedekatan inilah yang menjadikan America Now menjadi harapan bagi Israel di tengah maraknya embargo senjata yang diberlakukan sejumlah negara sekutu. (geosurvey.co.id/ Namira Junia)