Wartawan geosurvey.co.id Aisyah Nursyamsi melaporkan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Meitha Pingkan Esther, anggota Kelompok Kerja Pertumbuhan dan Perkembangan Sosial Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berbagi tips melatih anak menggunakan toilet sendiri untuk buang air kecil atau besar.
Pertama, siapkan jadwal latihan dan persiapan menggunakan toilet secara mandiri.
“Untuk perlengkapannya diperlukan insert yang dipasang pada dudukan toilet. Hal ini membuat anak lebih nyaman dan membantu keberhasilan toilet training,” ujarnya dalam jumpa pers dengan topik: Akan dilakukan pelatihan toilet. untuk anak-anak. biasanya Selasa (24/12/2024).
Kedua, Anda membutuhkan tempat duduk dan pelindung pada dudukan toilet.
Jadi, pada anak laki-laki, bisa dipastikan urinnya akan mengalir ke toilet, bukan ke toilet.
Alasan penggunaan toilet training seat adalah untuk memudahkan anak mengakses toilet dengan aman dan nyaman.
“Dan bisa digunakan untuk meletakkan kaki di kursi saat anak sedang duduk di toilet,” imbuhnya.
Ketiga, anak diajarkan cara duduk yang nyaman di toilet.
Artinya, kaki diletakkan pada posisi V terbuka, sehingga anak dapat berdiri dengan stabil dan menambah kenyamanan.
Keempat, ingatlah bahwa tidak disarankan menggunakan dudukan toilet atau dudukan toilet di luar kamar mandi.
“Karena bisa mengganggu tujuan anak ke kamar mandi. Kalau mau, bisa ditaruh di kamar mandi. Jangan di kamar tidur atau ruang bermain anak,” sarannya. Cara mengenalkan anak pada jadwal dan toilet training
Meitha selanjutnya menjelaskan cara mengenalkan rutinitas dan toilet training kepada anak.
Orang tua dapat mengajak anaknya ke kamar mandi setiap 90 menit.
“Kalau dia tidak buang air kecil, kita bisa memotong interval berikutnya, kita bisa melakukannya 60 menit. Jika anak buang air kecil, kami akan mengembalikan jadwal toilet menjadi 90 menit untuk mengajari anak menunggu. di kamar mandi,” jelas Meitha.
Ia juga menjelaskan, orang tua perlu memberikan penguatan agar anak bisa menolak duduk di toilet selama tiga menit atau lebih.
Salah satu caranya, orang tua bisa mengajak anaknya bernyanyi atau membawakan mainan agar anak lebih tenang, namun tetap ingat bahwa dirinya ada di kamar mandi karena ingin buang air kecil atau besar.
Jika saat istirahat di kamar mandi anak kencing di celana atau mengompol, orang tua dapat melakukan koreksi dengan melibatkan anak dalam mengelola dampaknya.
Hal ini dilakukan agar anak-anak merasakan akibat yang wajar dan dapat dijadikan sebagai pencegah agar kejadian serupa terulang lagi, lanjutnya.
Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan frekuensi buang air kecil pada anaknya.
Jika anak sering buang air kecil di celana, sebaiknya orang tua mengurangi jadwal kunjungan ke kamar mandi.
Tak hanya itu, Meitha juga menyarankan para orang tua untuk tidak memakai popok atau celana dalam kecuali saat tidur atau malam hari saat tahap awal toilet training.