Laporan reporter geosurvey.co.id Aisyah Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyita 76.420 Latiao dan memusnahkan 49 Latiao yang disita karena sudah habis masa berlakunya atau tidak memiliki izin edar.
Hal ini dilakukan BPOM pasca kasus keracunan makanan luar biasa (KLBKP) di tujuh wilayah.
Saat ini BPOM juga telah menghentikan sementara peredaran produk pangan asal China tersebut.
Terkait penghentian sementara distribusi Latiao, peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global Dicky Budiman mengungkapkan dampak kesehatan apa saja yang mungkin timbul dari konsumsi Latiao yang terkontaminasi kontaminan.
Sekadar informasi, produk Latiao teridentifikasi terkontaminasi bakteri Bacillus cereus.
“Pencemaran tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari gejala ringan hingga kondisi yang lebih parah,” kata Dicky kepada Tribunnews, Rabu (6/11/2024).
Dicky pun merinci apa saja dampaknya bagi kesehatan.
Pertama, gejala keracunan akut. Bakteri Bacillus cereus menghasilkan dua jenis racun.
Yakni enterotoksin penyebab diare dan sakit perut, serta racun emetik penyebab mual dan muntah.
Sindrom emetik biasanya memiliki gejala muntah. Secara umum gejala muncul dengan cepat, yakni antara 1 hingga 6 jam setelah mengonsumsi produk yang terkontaminasi.
Gejalanya meliputi mual, muntah, dan pusing. Pada anak-anak dan orang lanjut usia, gejala ini dapat menyebabkan dehidrasi parah.
Berikutnya adalah sindrom diare. Gejala tersebut antara lain sakit perut, diare, dan lemas.
Diare akibat infeksi ini bisa berlangsung hingga 24 jam.
Hal ini mengakibatkan hilangnya cairan tubuh yang berbahaya pada kelompok rentan seperti anak-anak dan orang lanjut usia.
Dampak kedua adalah risiko kesehatan jangka panjang.
Menurut Dicky, pada beberapa kasus, paparan racun secara berulang-ulang dapat memengaruhi sistem pencernaan dan mengubah keseimbangan mikroflora usus.
Risiko tambahan terkait dengan bahan kimia tambahan seperti asam sorbat dan asam dehidroasetat yang dicampur ke dalam produk ini, lanjut Dicky.
Di China, kombinasi kedua bahan ini dilarang pada tepung beraroma karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan jika dikonsumsi berulang kali.
Apalagi bagi anak-anak yang lebih sensitif terhadap bahan kimia berbahaya.
Dampak kesehatan ketiga adalah potensi infeksi baru.
“Selain infeksi saluran cerna, paparan banyak bakteri Bacillus cereus juga dikaitkan dengan infeksi pada organ lain. Misalnya infeksi mata yang dapat mengganggu penglihatan jika tidak ditangani,” tutupnya.