geosurvey.co.id, JAKARTA – Klaim terkait pandemi COVID-19 yang disebut-sebut tidak benar kembali menjadi sorotan publik. Cerita lain menyebutkan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak ada. Klaim palsu tentang COVID-19 kerap tersebar di media sosial.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes), dr. Mohammad Syahril, SPP MPH menjawab, cerita yang menyebut COVID-19 itu buatan adalah salah. Pasalnya, wabah COVID-19 telah melanda hampir seluruh negara di dunia, tidak hanya Indonesia.
“Itu tidak benar dan tidak ada bukti yang mengatakan hal itu. “Karena permasalahan wabah COVID-19 sudah mendunia, maka bukan masalah Indonesia,” kata Syahril seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Selasa (22/10/2024).
Menurut Pak Syahril, hal penting yang patut disyukuri saat ini adalah Indonesia telah berhasil menangani wabah COVID-19. Pemerintah bersama pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat bekerja sama mengendalikan penyebaran COVID-19 untuk menurunkan dan mengendalikan jumlah kasus.
“Epidemi sudah berakhir, keadaan (darurat global COVID-19) sudah dihapus oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO juga mengatakan epidemi sudah berakhir,” ujarnya.
“Sudah bukan waktunya lagi untuk mengatakan ada wabah COVID-19. Akhirnya wabah ini bisa kita lewati dan alhamdulillah kita berhasil menyelesaikannya dengan baik,” lanjut Syahril.
Menurut WHO, terdapat lebih dari 760 juta kasus dan 6,9 juta kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia pada Desember 2019. Lebih dari 13 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan pada Juni 2023.
World Health Statistics 2024: Health Monitoring for the SDGs, laporan Sustainable Development Goals yang diterbitkan WHO pada 24 Mei 2024 mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah mempengaruhi kualitas hidup saat lahir dan hidup sehat saat lahir.
Angka harapan hidup menurun dan kembali ke tingkat sebelum epidemi. Pandemi COVID-19 telah mengakhiri kemajuan selama hampir satu dekade dalam upaya meningkatkan angka harapan hidup hanya dalam dua tahun.
Antara tahun 2019 dan 2021, angka harapan hidup global turun 1,8 tahun menjadi 71,4 tahun, atau kembali ke angka yang sama pada tahun 2012. Demikian pula, angka harapan hidup global turun 1,5 tahun menjadi 61,9 tahun pada tahun 2021 atau kembali pada tahun 2012.
Laporan WHO tahun 2024 juga menunjukkan bagaimana epidemi COVID-19 muncul di seluruh dunia. Wilayah Amerika dan Asia Tenggara merupakan wilayah yang paling terkena dampaknya, dengan angka harapan hidup turun hampir 3 tahun dan angka harapan hidup sehat turun 2,5 tahun pada tahun 2019 dan 2021.
Wilayah Pasifik Barat terkena dampaknya dalam dua tahun pertama epidemi ini, dengan penurunan angka harapan hidup kurang dari 0,1 tahun dan angka harapan hidup sehat sebesar 0,2 tahun.