geosurvey.co.id, JAKARTA – Diabetes telah mencapai status endemik di banyak negara, terutama endemisitas diabetes tipe 2, sehingga perlu adanya tindakan pencegahan yang berkelanjutan.
Itu sebabnya Sun Life melakukan penelitian terbarunya mengenai dampak diabetes tipe 2 terhadap kesehatan finansial dan mental di Asia.
Perusahaan ini mencatat ada 540 juta orang yang mengidap penyakit ini di dunia. Lebih dari 90 juta diantaranya berada di Asia Tenggara, dan orang dewasa yang menderita diabetes diperkirakan akan mencapai 152 juta pada tahun 2045.
Survei bertajuk Kebiasaan Sehat, Masa Depan Sehat: Pencegahan Diabetes di Asia ini mensurvei 3.647 orang di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam tentang kesadaran mereka terhadap faktor risiko diabetes, pengobatan dan pencegahannya.
Temuan ini menyoroti dampak tersembunyi dari dampak diabetes tipe 2 terhadap kesehatan finansial dan mental di Asia. Oleh karena itu, kebutuhan akan pendidikan, pencegahan, dan akses terhadap pengobatan yang lebih baik menjadi semakin mendesak.
Studi ini menunjukkan bahwa hanya sedikit orang yang secara aktif mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko terkena diabetes atau mempelajari lebih lanjut tentang kondisi tersebut, meskipun jumlah kasusnya meningkat. Bagi penderita diabetes, dampaknya tidak hanya bersifat fisik.
Selain dampak fisik dari diabetes, kondisi ini juga menyebabkan biaya finansial yang besar sehingga menghalangi banyak orang untuk menerima perawatan medis yang tepat. Sepertiga (37%) penderita diabetes di Indonesia melaporkan dampak finansial yang signifikan terhadap kehidupan mereka, dan 81% tidak mampu mendapatkan perawatan yang memadai secara rutin.
Masalah keuangan yang terkait dengan diabetes lebih besar daripada masalah kesehatannya. 74% orang non-penderita diabetes sangat khawatir dengan beban finansial yang ditimbulkan oleh diagnosis diabetes tipe 2, sehingga menyoroti perlunya asuransi kesehatan.
Temuan ini juga mengungkap dampak tersembunyi penyakit ini terhadap kesehatan mental, dengan 63% penderita diabetes melaporkan dampak negatif terhadap kesehatan mental mereka setelah diagnosis.
Hal ini diperburuk oleh pengaruh sosial di rumah dan tempat kerja. 70% penderita diabetes merasa dihakimi oleh keluarga dan teman setelah diagnosis, dan 74% menghadapi penilaian atau ketidakpedulian di tempat kerja karena kondisi mereka.
Kah Jing Lee, kepala nasabah Sun Life Indonesia, mengatakan bahwa beban fisik, mental, dan finansial akibat diabetes bisa sangat membebani. Jumlah penderita diabetes yang tidak mampu mendapatkan layanan kesehatan yang memadai menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan akses layanan kesehatan yang terjangkau.
“Sebagai perusahaan asuransi, kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan diabetes tipe 2 sedini mungkin dengan mengedepankan gaya hidup aktif dan sehat bagi generasi muda, serta mendukung masyarakat yang membutuhkan dengan memberikan akses terhadap olahraga,” kata Lee. . ungkapnya dalam keterangan resminya, Jumat (15/11).
Menurutnya, risiko diabetes di Indonesia semakin meningkat. Namun, hanya 47% dari populasi yang melakukan skrining setiap tahun untuk diabetes tipe 2 dan 36% tidak pernah menderita penyakit tersebut, sehingga menyebabkan diagnosis yang tidak terduga dan kondisi yang dapat dicegah.
Sebagian kecil secara rutin melakukan tindakan pencegahan, seperti menjaga pola makan sehat, mengontrol berat badan dan gula darah, serta rutin berolahraga. Satu dari lima orang tidak memastikan bahwa anak-anak mereka mendapat makanan yang layak, dan 27% tidak mendorong anak-anak mereka untuk berolahraga.
Banyak orang yang kesulitan memahami informasi gizi. 31% mengalami kesulitan mengidentifikasi gula dan lemak tersembunyi dalam makanan mereka, sementara 23% mengalami kesulitan memahami pengaruh makanan tertentu terhadap kadar gula darah.
Olahraga teratur, pola makan sehat, dan pemeriksaan dini dapat mengurangi risiko diabetes, namun hal ini bergantung pada peningkatan kesadaran. “Sejak tahun 2012, Sun Life telah memberikan komitmen lebih dari $53 juta untuk memerangi diabetes secara global melalui kemitraan strategis untuk mendukung komunitas yang paling rentan.” katanya.
Menurut Lee, melalui kemitraan lokal dengan rumah sakit, fasilitas medis, dan yayasan setempat, Sun Life menyediakan akses terhadap pemeriksaan gula darah, konseling dan saran nutrisi, olahraga, paket perawatan diabetes, dan program pendidikan lokal untuk anak-anak. mengendalikan risiko diabetes pada manusia.
Berkurangnya aktivitas fisik, kurangnya ruang aman untuk berolahraga meningkatkan risiko diabetes di Asia. Lebih dari sepertiga (35%) responden di Indonesia melaporkan penurunan aktivitas fisik dalam lima tahun terakhir, dan kaum muda lebih sering melaporkan penurunan tersebut.
Menurut Lee, 60% dari mereka yang melaporkan kurang berolahraga melaporkan kurangnya akses terhadap fasilitas olahraga yang aman dan berkualitas di daerah mereka. “Memiliki ruang olahraga yang mudah diakses sangat penting agar masyarakat dapat beraktivitas, sehat, dan beraktivitas,” tambahnya.
Survei tersebut juga menemukan bahwa penderita diabetes sudah menyadari risikonya sebelum mereka didiagnosis. 35% melaporkan memiliki sedikit atau sangat sedikit pemahaman tentang kondisi tersebut sebelum diagnosis. Lebih dari sepertiga (28%) penderita diabetes menganggap dirinya berisiko rendah atau tidak mempertimbangkan risikonya sama sekali sebelum didiagnosis, sementara hanya 13% penderita diabetes menganggap dirinya berisiko tinggi.
“Temuan ini menunjukkan bahwa kesalahpahaman tentang risiko dan penyebab diabetes dapat menghambat pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan, sehingga pendidikan mengenai topik ini menjadi sangat penting.” Lee menyimpulkan. (Uang tunai)
Artikel ini dimuat di majalah Cash dengan judul: Diabetes Tipe 2 Mempengaruhi Keuangan dan Kesehatan Mental