geosurvey.co.id – Pada Selasa, 3 Desember 2024, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia melakukan audiensi dengan Fathan Subchi, Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh orang Indonesia. pelajar di luar negeri.
PPI Dunia merupakan organisasi pelajar Indonesia di luar negeri di 66 negara yang menyampaikan berbagai persoalan ke BPK.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Pengurus PPI Dunia 2024/2025, termasuk Wakil Koordinator PPI Dunia dan Koordinator PPIDK Timur Tengah Afrika 2024/2025.
Koordinator PPI Dunia Marhadi, yang juga mahasiswa doktoral di Universitas Pertanian dan Ilmu Hayati Hongaria, Budapest, menjelaskan beberapa permasalahan utama.
Persoalan pertama yang mengemuka adalah biaya hidup mahasiswa penerima LPDP di luar negeri yang tidak sebanding dengan nilai beasiswa yang diterimanya.
“Banyak penerima beasiswa yang harus menjual hartanya untuk bisa berangkat, yang akhirnya menjadi kendala karena biaya hidup sehingga mempengaruhi hasil belajar siswanya,” ujar mantan Ketua – PPI Hungaria ini.
Permasalahan kedua adalah banyaknya keluhan dari para penerima beasiswa yang akhirnya menolak kembali ke Indonesia karena jurusan yang mereka ambil tidak sesuai dengan ketersediaan lapangan kerja di Tanah Air.
Oleh karena itu, banyak dari mereka yang memutuskan untuk tinggal dan bekerja di luar negeri.
Permasalahan ketiga yang disoroti PPI Dunia adalah masih belum inklusifnya LPDP sebagai lembaga pemberi beasiswa terbesar di Indonesia.
Banyak pelajar Indonesia yang belajar di Timur Tengah belum mendapatkan LPDP.
“Saya berharap pelajar Indonesia di Timur Tengah juga diperhatikan oleh Pemerintah,” kata Ahmad Dailami Fadhil, Koordinator Regional PPID Timur Tengah Afrika.
Permasalahan keempat, banyak mahasiswa penerima beasiswa non-LPDP yang memerlukan bantuan dana dari LPDP.
PPI Dunia juga mengusulkan skema pendanaan top-up dari dana LPDP untuk membantu siswa berprestasi melanjutkan dan menyelesaikan studinya.
Saat ini, hanya pelajar di Hongaria yang menerima fasilitas isi ulang LPDP.
Permasalahan kelima, PPI Dunia juga menyatakan, beberapa negara yang tidak memiliki jurusan pendidikan padahal jumlah siswanya cukup besar, lebih dari 5.000 siswa, seperti Turki dan Taiwan mungkin perlu diperhatikan oleh pemerintah. bahwa terdapat tempat dimana mahasiswa dapat berkonsultasi dan mengadu mengenai studinya.
Menanggapi hal tersebut, Fathan Subchi mengucapkan terima kasih atas kehadiran PPI Dunia dan akan menyampaikan aspirasi yang disampaikan PPI Dunia kepada berbagai pihak terkait. Persatuan Pelajar Indonesia Dunia (PPI) melakukan audiensi dengan Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia Fathan Subchi (PPI Dunia).
“Kami memahami tantangan serius yang dihadapi pelajar di luar negeri. Termasuk biaya pendidikan. Kita akan bersama-sama mencari solusi terbaiknya,” kata anggota BPK yang membidangi audit pendidikan itu.
Selain itu, Fathan juga menekankan pentingnya data dan informasi pelajar Indonesia di luar negeri untuk meningkatkan pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah.
“PPI Dunia sebagai organisasi kemahasiswaan harus lebih sentral sebagai mitra pemerintah untuk bertukar informasi dan pemutakhiran data sehingga pemerintah tahu porsi mana yang harus ditingkatkan,” kata Fathan.
“BPK berkomitmen mendukung dan memenuhi komitmen pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul guna berkontribusi dalam pencapaian Indonesia Emas 2045,” tutup Fathan.
(*)