geosurvey.co.id, JAKARTA – Untuk mempercepat transisi energi bersih menuju zero net emisi (NZE) yang digagas pemerintah, sektor energi Indonesia harus didorong untuk menerapkannya sebagai bagian dari lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). prinsip Ini bukan sekedar prosedur atau citra, ini adalah gaya hidup perusahaan. Ahmad Safruddin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bahan Bakar Minyak Bertimbal (KPBB), mengatakan perubahan pola pikir diperlukan bagi para pelaku sektor energi dan ketenagalistrikan untuk mempercepat transisi ke energi ramah lingkungan dan pada saat yang sama, ESG juga harus dilakukan. dipandang sebagai bagian dari gaya hidup perusahaan. . “Pada kenyataannya, itu semua akan kembali ke masalah etika. “Kembali ke naluri eksekutif, mulai dari CEO hingga manajemen hingga staf junior, mereka perlu memiliki dorongan di mana ESG benar-benar perlu diterapkan sebagai cara hidup dan bukan sebagai greenwashing,” ujarnya Jumat (8/11/8). 2024).
Ia berharap para pelaku industri energi dan ketenagalistrikan yang menghadiri Electricity Connect 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Pusat pada 20-22 November mendatang, dapat menerapkan prinsip-prinsip ESG secara komprehensif. Menurutnya, prinsip-prinsip ESG idealnya menjadi amanah bagi perusahaan-perusahaan di sektor energi dan ketenagalistrikan.
Namun saat ini masih ada perusahaan energi dan ketenagalistrikan yang menjadikan ESG sebagai greenwashing atau sekedar pencitraan.
“Hampir semua perusahaan menggunakan ESG, termasuk perusahaan penghasil energi, kendaraan listrik, itu hanya semacam greenwashing, itu masalahnya. “Kami skeptis karena sebenarnya sebagian besar masyarakat masih memanfaatkannya sebagai greenwashing,” kata Safrudin. Pengawas lingkungan perkotaan ini menekankan bahwa jika pelaku industri mengubah pola pikirnya, mereka dapat dengan mudah mengadopsi prinsip-prinsip ESG dalam seluruh kebijakan perusahaan. Artinya, penciptaan lapangan kerja dalam kehidupan sehari-hari (ESG) adalah way of life mereka. Kalau sudah menjadi way of life, maka pola pikirnya adalah pola pikir ESG yang nyata, jelas Safrudin. Program 2060 masih menjadi topik bagi para pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah dan industri energi hingga pengawas lingkungan.
Isu perubahan iklim dan pemanasan global telah mengubah cara pandang investor dan konsumen terhadap “proses penyaringan” yang digunakan perusahaan untuk memenuhi komitmen terkait keberlanjutan. Perusahaan yang mengadopsi prinsip-prinsip ESG diharapkan mampu mengedepankan kesadaran yang tinggi terhadap permasalahan lingkungan dan sosial dalam setiap keputusan bisnisnya, terutama mengenai kebijakan jangka panjang. Pelaku industri yang menerapkan prinsip ini tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial, namun juga mampu memberikan dampak positif terhadap lingkungan, termasuk masyarakat.
Jadi, singkatnya, kebijakan perusahaan berkontribusi terhadap terciptanya ekonomi hijau yang berkelanjutan. Memanfaatkan tema tersebut, pemerintah, PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di bawah naungan Kementerian BUMN, berkolaborasi dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) menyelenggarakan acara Electricity Connect 2024 bertajuk “Go Beyond Memberi energi”. kekuatan’ Future’, dengan tujuan memperkuat kerja sama lintas sektoral untuk mempercepat transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Lebih dari 500 peserta pameran dan 15.000 pengunjung dari berbagai profesi yang berfokus pada sektor ketenagalistrikan akan menghadiri acara ini. Ketua mengatakan: Pada acara ini, para pemangku kepentingan dan pelaku di sektor ketenagalistrikan tidak hanya akan bertukar informasi tentang teknologi energi bersih, tetapi juga akan bertukar informasi tentang teknologi energi ramah lingkungan. fokus pada pengembangan energi menuju Selandia Baru pada tahun 2060.” Mereka juga diharapkan berbagi pandangan mengenai jaringan pintar untuk memperkuat kerja sama global untuk melakukan transisi,” kata Panitia Interkoneksi Ketenagalistrikan 2024 Arsyadanny G. Akmalaputri. Berkelanjutan Upaya menjamin ketahanan energi Indonesia dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di kawasan ASEAN untuk menciptakan ekonomi hijau diharapkan dapat terwujud dengan cepat.