geosurvey.co.id, JAKARTA – Tahun 2025 akan menjadi waktu yang spesial bagi pecinta astronomi. Berbagai peristiwa langit spektakuler seperti parade planet, gerhana, hujan meteor, dan gerhana matahari menghiasi langit sepanjang tahun.
“Pada Januari 2025, parade planet akan memungkinkan lima planet terdekat dengan Bumi, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, dapat diamati secara bersamaan pada malam yang sama. Namun, empat planet, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus, hanya akan terlihat dengan mata saja oleh Gerhana Puan, Peneliti Pusat Penelitian Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nandra Putri Dofida (Fakta Sains Populer tentang Sains Antariksa). Edisi 11: Diberitakan Channel YouTube BRIN Indonesia “Pandangan Fenomena Astronomi”, Rabu (1/1/2025).
Parade enam planet bulan Januari diperkirakan akan terlihat pada atau sekitar empat minggu setelah 21 Januari 2025. Mars, Venus, Jupiter dan Saturnus dapat dilihat dengan mata telanjang. Sedangkan untuk melihat Neptunus dan Uranus membutuhkan alat pengamatan yang canggih, seperti teleskop.
Selain parade planet, Puan menjelaskan tentang peristiwa gerhana matahari, yaitu gerhana suatu benda langit terhadap benda langit lainnya. “Akan terjadi okultasi bintang beta-tauri di Indonesia pada 11 Oktober 2025,” jelasnya.
Peristiwa lainnya adalah gerhana, ketika Bumi-Bulan-Matahari berada dalam konfigurasi tertentu. “Gerhana matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari dan piringan Bulan menutupi piringan Matahari jika dilihat dari Bumi, dan gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan dan Bumi. . Cahaya yang jatuh di bulan menghalangi matahari,” kata Gerhana, Puan.
Menurut dia, Indonesia juga akan menyaksikan gerhana bulan total pada 7 September 2025. Acara ini dimulai pada pukul 22.28 WIB hingga 8 September pukul 03.55 WIB.
“Gerhana bulan total aman untuk diamati dengan mata telanjang. Akibat pembiasan sinar matahari oleh atmosfer bumi, bulan tampak berwarna merah pada puncak gerhana, kata Puan. Jika cuaca cerah, proses ini bisa terlihat jelas.
Sedangkan gerhana bulan total pada 13-14 Maret 2025 dan gerhana matahari sebagian pada 29 Maret 2025 hanya akan terlihat di Eropa, Amerika, dan Arktik.
Selain itu, Puan juga menjelaskan, ada peristiwa menarik yang biasa dinantikan masyarakat, yakni hujan meteor. Hujan meteor merupakan peristiwa tahunan yang terjadi kurang lebih secara bersamaan. Hujan meteor ini disebabkan oleh debu yang ditinggalkan komet dan asteroid di orbit bumi.
“Jadi jika Bumi melewati kawasan berdebu tersebut, maka akan terjadi hujan meteor pada waktu yang sama setiap tahunnya,” tutupnya.
Puan menjelaskan lebih lanjut mengenai hujan meteor 2025. Diantaranya: 1) hujan meteor Quadrantids yang dapat disaksikan pada akhir Desember hingga pertengahan Januari; 2) Hujan meteor Lyrids terlihat pada pertengahan April; 3) Hujan meteor Eta Aquarids terlihat pada pertengahan April hingga Mei; 4) hujan meteor Perseid yang terlihat pada pertengahan Juli hingga akhir Agustus; 5) Hujan meteor Draconid terlihat pada bulan Oktober; 6) Hujan meteor Orionid yang akan terlihat pada bulan Oktober; 7) Hujan meteor Leonid terlihat pada bulan November; 8) Hujan meteor Geminid terlihat pada bulan Desember.
Menurutnya, peristiwa astronomi yang akan terjadi pada tahun 2025 dapat diamati dengan dua cara, yaitu dengan mata telanjang atau dengan menggunakan peralatan seperti teleskop dan kamera. Jika langit cerah dan tidak berawan, banyak peristiwa yang bisa disaksikan tanpa peralatan khusus antara lain hujan meteor, parade planet, dan gerhana bulan total.
Menggunakan peta bintang sebagai aplikasi ponsel atau perangkat genggam dapat membantu pengamat menemukan lokasi planet atau hujan meteor di langit. Sementara itu, fenomena yang membutuhkan teleskop dan kamera, seperti okultasi bintang, memerlukan peralatan yang lebih canggih agar pengamatannya akurat.
Peneliti Pusat Penelitian Luar Angkasa telah melakukan kajian dan observasi terkait gerhana matahari, pengaruh fase bulan terhadap pasang surut bumi, serta bekerja sama dengan pihak internal dan eksternal.
Mahasiswa magang dan capstone dapat mengikuti penelitian antariksa melalui skema yang disediakan BRIN, yaitu asisten peneliti, bimbingan capstone, dan program penelitian lapangan.
“Kami berharap dengan berbagi informasi ini dapat meningkatkan minat teman-teman terhadap fenomena astronomi dan ilmu astronomi secara umum. Lihatlah langit malam, banyak sekali hal menakjubkan yang bisa kalian nikmati keindahannya. seseorang bisa mengetahui kekayaan ilmunya,” pungkas Gerhana.