geosurvey.co.id, JAKARTA – Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Universitas Indonesia (FKUI), dr. Harim Priono, pemeriksaan kesehatan pendengaran penting dilakukan secepatnya. . Di Indonesia, kesehatan pendengaran seringkali luput dari pengawasan orang tua terhadap tumbuh kembang anak.
Tes ini bisa dilakukan saat bayi berusia 2 hari, dan harapannya dapat mengidentifikasi masalah pada telinga. Keterlambatan dalam mendeteksi gangguan pendengaran dapat mengakibatkan kematian dan akibat yang serius, dimana anak akan menjadi tuli permanen seumur hidup.
Gangguan pendengaran dapat didiagnosis sejak dini dengan mengamati reaksi anak terhadap suara melalui tes pendengaran. Pedomannya untuk memeriksa apakah sensor suara, koklea, atau koklea berfungsi dengan baik atau tidak, menggunakan alat yang disebut dengan Muscle Acoustic Emission (OAE). Baru-baru ini diluncurkan di Jakarta, Jakarta Ear and Hearing Center (JEHC) mengatakan: “Alat tersebut terpasang ke saluran telinga anak untuk mengetahui fungsi pendengaran anak.”
Setelah itu, tes kesehatan pendengaran bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali. Masalah yang sering terjadi pada telinga, baik karena infeksi telinga, gangguan pendengaran maupun penyakit bawaan, “Kalau ada kotoran, dokter THT bisa membersihkan gendang telinga. Setelah itu, periksa rutin setiap 6 bulan sekali. Di luar negeri, tes seperti itu biasa dilakukan dan didanai oleh pemerintah.” Itu belum umum di Indonesia,” ujarnya.
Mereka mengingatkan, tidak disarankan membersihkan telinga dengan kapas, terutama pada anak-anak, karena berisiko merusak atau pecahnya gendang telinga.
Sejak lama, Organisasi Kesehatan Dunia tidak merekomendasikan cotton bud untuk membersihkan kotoran telinga. “Sebaiknya jangan membersihkan telinga dengan ear stick. Jika ingin menghilangkan air yang masuk ke telinga, bisa menggunakan tisu kosmetik lembut yang dipelintir untuk menyerap air lalu dimasukkan ke dalam liang telinga,” ujarnya.
Dr. Harim mengatakan dengan adanya pusat layanan skrining pendengaran maka kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan telinga dan pendengaran akan meningkat, serta pengobatan gangguan pendengaran di Indonesia dapat lebih efektif dan efisien.
Ditambahkan oleh Direktur Mitra Keluarga Kelapa Gading, Dr. Menurut Ronald Reagan, MM, MARS, melalui pusat layanan ini ingin setiap anak dan masyarakat Indonesia mempunyai akses yang sama terhadap layanan pendengaran dalam deteksi dini dan pengobatan gangguan pendengaran. Orang tuli.