geosurvey.co.id, JAKARTA – Program swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto mendorong produsen minyak nabati untuk meningkatkan produksinya.
Salah satu cara yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah dengan mengembangkan varietas produktif. Perusahaan perkebunan pelat merah itu meluncurkan varietas kultur jaringan kelapa sawit NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2 yang memiliki potensi produktivitas minyak sawit mentah (CPO) yang sangat tinggi yakni mencapai 12 ton per tahun. hektar per tahun.
Potensi produktivitas CPO varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2 yang merupakan hasil penelitian dan pengembangan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai unit kerja Penelitian Perkebunan Nusantara (RPN) yang bekerja sama dengan PTPN IV PalmCo adalah antara 30 dan 40. Saat ini, jumlah tersebut 7-8 persen lebih tinggi dari rata-rata variasi yang beredar.
Hal ini berpotensi besar untuk meningkatkan efisiensi CPO meski tanpa perluasan lahan, yang tentunya berdampak pada visi ketahanan pangan Indonesia.
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani yang menginisiasi langsung keanekaragaman kultur jaringan ini di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, baru-baru ini mengatakan, keberadaan NUSAKlon merupakan jawaban atas program pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dan energi.
“Produktivitasnya jauh lebih tinggi. Buahnya juga jauh lebih cepat. Daging buahnya juga tebal dan potensi rendemennya tinggi, sehingga potensi produktivitas (CPO) bisa mencapai 12 ton. Ini menjadi salah satu solusi bagi Indonesia ke depan. .” Dalam perwujudan ketahanan energi dan pangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (18/12/2024).
Wakil Menteri BUMN RI Aminuddin Ma’ruf yang menyaksikan peluncuran Nusaklon 1 dan Nusaklon 2 menyatakan, keberadaan varietas tersebut akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama CPO global.
Selain mampu menghasilkan produktivitas CPO yang tinggi, NUSAKlon juga memiliki sejumlah keunggulan lain, mulai dari pertumbuhan vegetatif yang sama, persentase potensi hasil yang lebih tinggi, serta kandungan minyak berkualitas lebih tinggi, antara lain asam oleat, karoten, vitamin, dan squalene.
“Saya berharap NUSAKlon dapat meningkatkan efisiensi CPO Indonesia sehingga bersama-sama kita bisa melaksanakan program kemandirian pangan pemerintah ini dalam waktu singkat,” kata Aminuddin.
Sementara itu, Chief Executive Officer PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa juga mengumumkan bahwa NUSAKlon yang dikembangkan di Laboratorium Kultur Jaringan PPKS Marihat pada tahun 2009, memulai uji lapangan pada tahun 2016 di Perkebunan Bibit Kelapa Sawit Adolina yang dikelola oleh PTPN IV. Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PPKS.
Hasil penelitian dan pengembangan selama 18 tahun berhasil menghasilkan varietas yang akan mengubah wajah perkebunan kelapa sawit Indonesia di masa depan.
Jatmiko mengapresiasi kerja keras para peneliti dan pemulia tanaman yang senantiasa berkolaborasi dan bersinergi hingga menghasilkan varietas unggul kultur jaringan.
Kedepannya, kata dia, diversifikasi ini akan menjadi bagian dari program andalan PTPN IV PalmCo untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit petani melalui peremajaan kelapa sawit rakyat (PSR).
Program ini merupakan kebijakan korporasi yang bertujuan untuk mempercepat peremajaan tanaman sawit tua petani dan meningkatkan produktivitas petani melalui model kemitraan.
Jatmiko mengatakan: “Dengan semakin pendeknya daun varietas ini, maka potensi jumlah tanaman per hektarnya juga akan semakin meningkat. Semoga program B100 (biodiesel yang diperoleh dari minyak sawit nabati) tidak lagi menjadi impian bersama NUSAKlon.”
Direktur PT RPN Dr. Iman Yani Harahap mengatakan tantangan para peneliti dan pemulia tanaman terjawab dengan diluncurkannya varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2.
“Para ilmuwan berjuang karena 12 ton CPO per hektar dari dua varietas yang kami luncurkan berarti kita dapat memenuhi kebutuhan ketahanan pangan dan energi di masa depan dengan seluruh pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, baik perkebunan pemerintah maupun swasta,” kata Faith. .
Senada dengan itu, Presiden Pusat Penelitian Kelapa Sawit Dr. Winarna mengatakan penelitian menggunakan teknologi kultur jaringan somatic embriogenesis (SE) telah membuahkan hasil yang sangat baik.
“Ini situasi yang luar biasa. Dengan NUSAKlon, setiap tahunnya dengan NUSAKlon dihasilkan 11-12 ton CPO per hektar, sedangkan varietas yang ada saat ini sekitar 7-8 ton. Jadi kita berharap ini menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional. . ” kata Winarna.