Laporan reporter geosurvey.co.id Namira Yunia
geosurvey.co.id, WASHINGTON – Harga minyak mentah naik perlahan setelah sebelumnya anjlok sekitar 5 persen, mendekati level terendah dalam dua pekan seiring Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraannya.
Minyak mentah Brent naik 0,1 persen, atau 6 sen, menjadi $71,89 per barel, menurut laporan Reuters. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,1% atau 8 sen menjadi $68,12 per barel pada Rabu (13/11/2024).
“Tren yang biasa terjadi pada minyak mentah setelah penurunan tajam adalah kembali ke titik tengah kisaran hari sebelumnya dalam beberapa sesi,” kata analis di konsultan energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Dalam pernyataan resminya, OPEC mengumumkan rencana untuk memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2024 sebesar 1,82 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, turun dari perkiraan pertumbuhan bulan lalu sebesar 1,93 juta barel per hari.
Tidak hanya itu, OPEC juga menurunkan perkiraannya untuk tahun depan menjadi 1,54 juta barel per hari dari target sebelumnya sebesar 1,64 juta barel per hari, yang merupakan revisi penurunan keempat berturut-turut oleh kelompok produsen tersebut.
Penurunan permintaan minyak global dipicu oleh kebijakan pemerintah Tiongkok sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, yang mengurangi impor minyak mentah Tiongkok dalam sembilan bulan pertama tahun ini, turun hampir 3 persen dari tahun sebelumnya menjadi 10,99. juta barel per hari. .
Akibatnya, OPEC terpaksa bergabung dengan sejumlah negara lain dalam memangkas perkiraan mereka untuk tahun ini dan tahun depan selama tiga bulan berturut-turut. Meskipun ada pendapat bahwa pemotongan minyak dapat menyeimbangkan permintaan global, metode ini menyebabkan harga minyak jatuh ke rekor terendah.
“Dengan permintaan Tiongkok yang masih lemah, perubahan pasokan OPEC tidak memberikan dampak yang diinginkan selain mempertahankan harga dasar Brent pada $70 per barel,” kata analis minyak independen yang berbasis di London, Gaurav Sharma.
Namun, setelah Trump menang sebagai Presiden terpilih AS, aset dolar perlahan mulai mencapai rekor tertinggi. Peningkatan ini kemudian meningkatkan harga minyak mentah di perdagangan dunia.
“Dolar AS naik ke level tertingginya dalam empat bulan terhadap sejumlah mata uang karena investor terus berinvestasi pada saham-saham yang dipandang mendapat manfaat dari kemenangan Trump. “Dolar AS yang lebih kuat membuat harga minyak lebih mahal di negara lain, sehingga dapat mengurangi permintaan,” jelas laporan Reuters.