
Reporter oleh Report geosurvey.co.id Rahmat w nugraha
Courtlews.com, Jakarta – Heru Hanindyo, pengacara Fahri Romdoni, meminta kliennya untuk membebaskan pelanggan mereka dari semua biaya yang diposting oleh jaksa penuntut umum untuk kasus -kasus suap yang telah diputuskan oleh Ronald Tannur.
Untuk ini, Fahri mengatakan dalam proses Pengadilan Korupsi Pusat pada hari Kamis (2/1/2024).
“Kami meminta kebijakan hakim untuk menyelidiki kasus A, yang bersedia mengurangi keputusan sementara dengan yang berikut. Terima dan catat semua keberatan atau pengecualian, ”kata Fahri.
Dia bertanya apakah dakwaan itu harus nol atau tidak, diterima dan diumumkan atas nama terdakwa.
“Dia memerintahkan jaksa penuntut untuk meninggalkan terdakwa Heru Hanindyo segera dari penahanan. Dia memerintahkan semua bukti untuk disita oleh inspektur, dan jaksa penuntut umum akan dikirim kembali ke terdakwa dan atau ke pihak -pihak yang telah disita, “katanya.
Pada saat yang sama, dalam persidangan kasus terdakwa, Heru Hanindyo meminta gelar -gelarnya yang disita oleh kantor jaksa penuntut yang tidak terlibat untuk dikembalikan.
“Adapun SDB, kotak pengaman, dipaksa oleh Jampidsus, yang dalam pengecualian yang disebutkan dalam prosesnya hanya uang,” kata Heru.
Dia masih berada di SDB dengan istana kerajaan, yang terdiri dari sertifikat keluarga, kemudian mencatat dokumen -dokumen di perhiasan orang tua.
“Sejauh ini, hutan belum diketahui dan kami semua mencari laporan pertemuan yang belum diberikan sebagai tersangka atau dituduh.”
Kemudian dia memintanya untuk kembali karena warisan, yang sampai sekarang tidak diketahui.
“Saya, sebagai seorang putra dan bersama -sama dengan saudara perempuan saya, bertanggung jawab atas keberadaan warisan,” kata Heru dalam prosesnya.
“Tolong, jaksa penuntut mengembalikan hal -hal yang tidak digunakan dalam kasus ini, termasuk sertifikat dan sertifikat tanah,” jelasnya.
Hakim dari tiga distrik di distrik Sovebaya, yang diputuskan untuk bersalah atas Ronald Tannur, adalah persidangan pertama di Pengadilan Jakarta, Selasa (24/12/2024).
Untuk mendaki tiga hakim Surabaya PN, Erintuah Damanik, Mangaul dan Heru Hanindyo dituduh 1 miliar RP dan SGD 308.000 atau 3,6 miliar RP terkait dengan pengelolaan Ronald Tannur.
Tiga hakim menerima miliaran dolar dari Lisa Rahmat dan Meirizka Wijaja, ibu Ronald Tannur.
“Dipekerjakan atau berpartisipasi dalam pemberian tugas atau kontrak dalam bentuk 1 miliar Ringkit dan 308.000 SGD,” kata jaksa penuntut dakwaan tersebut.
Dalam dakwaannya, jaksa penuntut Biro Pusat Jakarta mengatakan terdakwa menerima miliaran dolar AS untuk menilai terdakwa Ronald Tannur.
“Setelah itu, terdakwa Erintuah Damanik, Heru Hanindyo dan Mangaul memutuskan secara mandiri dengan Gregory Ronald Tannur dari semua tuduhan jaksa penuntut umum,” katanya.
Selain itu, jaksa penuntut mengatakan bahwa uang itu dibagi menjadi tiga jumlah yang berbeda.
Lisa dan Meirizka memberikan uang kepada uang tunai Erintuah Damanik dengan $ 48.000 dari Singapura.
Selain itu, mereka berdua juga menawarkan 48.000 Singapura, dengan tiga juri, dengan $ 38.000, Singapura dan Cheru, 36.000 Singapura.
“Dan sisa sisa SGD30.000 disimpan oleh terdakwa Erintuah Damanik.”
Tidak hanya uang di atas, Lisa dan Mirizoka juga diketahui memberi terdakwa lagi.
“Meskipun diketahui atau harus ditanya apakah hadiah atau kontrak dipengaruhi oleh keputusan kasus yang dikirimkan untuk dicoba,” katanya.
Sebagai akibat dari tindakannya, ketiga terdakwa dituduh dan terancam oleh Pasal 12, C Jo, Bagian 18 UU 31 tahun 1999 tentang menghilangkan kejahatan korupsi, diubah dengan nomor 20 tahun 2001. Dengan hukum modifikasi nomor 31 tahun 1999 Tentang menghilangkan kejahatan korupsi, Joe Joe.
Mengenai kasus Ronald Tannur, ia sebelumnya melaporkan hakim Pengadilan Distrik Surabaya dalam keputusannya, Gregory Ronald Tannur dianggap terbukti secara hukum.
Ronald juga dianggap berusaha membantu mereka yang menjadi korban selama krisis, sambil melihat upaya Ronald untuk membawa para korban ke rumah sakit untuk meminta bantuan
Untuk alasan ini, Ronald tidak legal dan dapat diandalkan, seperti dalam dakwaan pertama pasal 338 dari KUHP atau bagian kedua 351, paragraf 3 dari KUHP atau Bagian 359 dari KUHP dan 351 (1) (1 (1 (1 (1) (1 (1 (1 1) dari KUHP
Setelah itu, hakim membebaskan Ronald dari semua pengeluaran jaksa atas persidangan, Rabu (24/7/2567).
Keputusan itu dikritik oleh anggota komunitas dan DPR.
Komisi III dari Kamar Perwakilan Rakyat juga menyelenggarakan pertemuan dengan keluarga korban untuk mendengar kesaksian keluarga korban.
Setelah itu, ketiga hakim dituduh oleh Pengadilan Pusat Jakarta Jakarta untuk menerima kepuasan atas keputusan gratis.