Laporan Aisyah Nursyamsi dari geosurvey.co.id
geosurvey.co.id, JAKARTA – Para ibu sering mengalami sakit saat hamil.
Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Astrid Francisca Padang dari RS Pondok Indah, Puri Indah juga menjelaskan penyebab pendarahan berdasarkan spesiesnya.
Setidaknya ada dua jenis pendarahan, yaitu pendarahan fisik dan pendarahan.
Saat diwawancarai media virtual, Sabtu (26/10/2024), ia mengatakan, “Jadi pendarahan itu disebut pendarahan fisiologis. Memang orang hamil akan mengalami pendarahan.”
Anemia fisiologis adalah kurangnya fungsi tubuh yang memadai. Pendarahan fisik dapat terjadi pada bayi baru lahir dan kehamilan normal
Ambang batas anemia yang disebut ibu hamil adalah ketika hemoglobin (HB) adalah 11 gram per desiliter.
Selama kehamilan, jumlah cairan di udara meningkat dan menyebabkan pendarahan.
Akibatnya, hemoglobin (HB) akan menurun secara alami. Norma awal 12 gram per desiliter telah dikurangi menjadi 11 gram per desiliter.
Kedua, pendarahannya bukan bersifat fisik. Biasanya perdarahan jenis ini terjadi pada ibu hamil karena kekurangan zat besi.
Oleh karena itu, ibu menjadi kekurangan zat besi selama kehamilan.
Ibu kekurangan asam folat dan vitamin B12. Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan.
Malnutrisi fisik disebabkan oleh penyakit seperti malaria dan cacingan. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan perdarahan pada ibu hamil.
Dampaknya, terjadi pula kekurangan pangan.
Misalnya, kata dia, ada kelainan darah bawaan seperti talasemia, sehingga ibu hamil menderita “pendarahan”.
Lebih lanjut, Astrid menjelaskan bahayanya bagi ibu jika mengalami pendarahan saat hamil.
Salah satunya adalah risiko pendarahan saat melahirkan.
“Kami menyebutnya pendarahan bila setelah melahirkan lebih dari 2.000 cc. Anemia meningkatkan risiko terjadinya,” ujarnya.
Malnutrisi dapat meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan.
Tak hanya itu, kekurangan nutrisi yang dialami ibu juga bisa berdampak pada bayinya.
“Bisa menyebabkan bayi menjadi kecil. Terakhir, yang paling berbahaya adalah kekurangan gizi yang dapat menyebabkan kematian ibu atau janin,” ujarnya.