Laporan reporter geosurvey.co.id Danang Triatmojo
TribuneNews.com, Jakarta – Terjadi air pasang atau gelombang laut di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Fenomena alam ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Dengan dimulainya musim hujan di penghujung tahun hingga awal tahun baru, banjir rob dapat berdampak pada 70 persen wilayah Kepulauan Seribu.
Hampir 70 persen wilayah Kepulauan Seribu terendam banjir, kata Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Uke Urike, Senin (16/12/2024).
Inggris menyebut gelombang pasang dan cuaca buruk belakangan ini mengganggu pasokan pangan ke Kepulauan Seribu. Berdasarkan laporan, masyarakat juga sulit mendapatkan makanan dari dataran Jakarta.
“Beberapa hari terakhir ini sulitnya pembagian makanan kepada saudara-saudara kita karena cuaca yang sangat tidak mendukung,” jelasnya.
Sebab, kapal feri milik Dinas Perhubungan (DISHUB) tidak bisa beroperasi seperti biasa akibat kondisi cuaca buruk.
Oleh karena itu, masyarakat menggunakan perahu tradisional untuk mencapai bibir pantai di Jakarta Utara untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
“Kapal penyeberangan di Dishubin kurang layak sehingga tidak bisa beroperasi saat cuaca seperti ini. Masyarakat masih mengandalkan perahu tradisional untuk kebutuhannya,” ujarnya.
Terkait upaya membendung arus, politikus PDI Perjuang ini mendesak Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat bahu-membahu menanam pohon bakau.
Penanaman mangrove dinilai sangat penting karena kemampuannya dalam melindungi permukaan tanah dari erosi.
Ia juga berharap kegiatan penanaman bakau secara besar-besaran dapat ditingkatkan untuk membalikkan tren erosi pantai.
Silakan bicara soal penanaman mangrove dan lain-lain,” kata Uke.
Sekadar informasi, pada Sabtu (14/12/2024) terjadi air pasang di beberapa Kepulauan Seribu akibat cuaca ekstrem.
Beberapa pulau tersebut adalah Pulau Pari, Pulau Kelappa, Pulau Pangang, Pulau Untung Jawa, Pulau Harappa, dan Pulau Tidung. Ketinggian kolam bervariasi dari 10 hingga 25 cm.
BMKG memperingatkan akan terjadi air pasang pada 11 hingga 20 Desember 2024.
Pasang tinggi ini disebabkan oleh puncak pasang air laut pada awal fase bulan baru.
Peristiwa ini dapat meningkatkan tinggi pasang maksimum berupa banjir pantai atau gelombang pasang.